Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

NUSANTARA, DAKWAH DAN KHILAFAH


Kalau ditanya, kenapa kita beragama Islam ? Tentu jawabnya, mayoritas mengatakan karena orang tua kita beragama Islam. Lantas, kenapa orang tua kita beragama Islam ? Karena, orang tua dari orang tua kita beragama Islam, begitu seterusnya.

Jika diurut, ditelusuri, mungkinkah Islam itu berakhir pada kakek buyut kita ? Misalnya, ujung dari agama Islam yang kita anut ini, berasal dari kakek buyut kita, etnis Nusantara : Entah Jawa, Sunda, Melayu, Bugis, dan seterusnya.

Tentu saja tidak, jawaban yang menyebut akar Islam yang kita anut adalah kakek buyut kita di Nusantara adalah kesimpulan yang keliru. Sebab, Islam bukanlah Agama dari Nusantara.

Akar dan asal muasal Agama Kakek buyut kita di Nusantara adalah Hindu, Budha, dan kaum musyrikin penyembah batu dan roh nenek moyang. Bukan Islam.

Islam adalah agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sementara Muhammad SAW adalah orang Arab. Ini bukan soal agama transnasional atau import, faktanya Islam itu dari Arab, bukan dari Jawa atau Batak, bukan dari Nusantara.

Lalu bagaimana mungkin Islam sampai di Nusantara ? Apakah Islam dibawa oleh angin laut atau angin daratan Arab, yang berhembus hingga akhirnya sampai di Nusantara ? Apakah, kakek buyut kita dahulu, menganut Islam dengan mencerap aroma udara yang dihembuskan dari daratan Arab ?

Jawabnya, Islam sampai di Nusantara karena dakwah. Bukan sebab yang lain.

Lantas, siapakah yang mengemban dakwah Islam hingga sampai ke Nusantara ? Apakah, dakwah itu adalah misi sambilan yang dibawa kaum pedagang, entah dari Gujarat India atau dari wilayah lainnya ?

Mungkinkah, dakwah yang dibawa secara "sambilan" itu bisa mengislamkan Nusantara secara masif ? Bahkan, hingga Raja Jawa dan sejumlah kerajaan Nusantara berkhidmat kepada Islam ? Penduduknya memeluk Islam, sementara para raja berhidmat menjadi bagian dari kekuasaan Islam.

Lalu, bagaimana mungkin Kesultanan Cirebon (1430 - 1666), Kesultanan Demak (1500 - 1550), Kesultanan Banten (1524 - 1813 ), Kesultanan Pajang (1568 - 1618), Kesultanan Mataram (1586 - 1755), Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, (1755-sekarang), Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755-sekarang) mendapat gelar kesultanan tanpa peranan Kekuasaan Islam ? Tanpa peran Khilafah Islamiyyah ?

Adalah jelas bahwa dakwah Islam sampai ke Nusantara karena adanya peran Kekuasaan Islam yakni Khilafah. Sebab, misi utama Khilafah selain menerapkan hukum Islam juga mengemban risalah Islam hingga ke seluruh penjuru alam.

Kehadiran para Wali, bukanlah pedagang biasa yang mencari kehidupan dunia melalui perniagaan sambil mengemban misi dakwah Islam. Bukan. Justru, hijrahnya para Wali (Wali Songo) dari daerah asalnya ke Nusantara adalah dalam rangka mengemban misi dakwah Islam. Adapun berniaga, hanyalah aktivitas tambahan untuk mencukupi kebutuhan.

Para Wali bukan hijrah ke Nusantara demi dunia, demi mencukupi kebutuhan nafkah. Akan tetapi, para wali mengemban misi dakwah Islam, misi pembebasan manusia dari penghambaan kepada makhluk menuju menghamba hanya kepada Allah SWT semata.

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultant Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).

Integrasi Islam dan kekuasaan, telah berhasil dilakukan secara gemilang oleh Wali Songo. Secara akidah, penduduknya memeluk akidah Islam. Secara pemerintahan, penguasanya menerapkan hukum Islam dan mengintegrasikan kekuasaannya dengan Daulah Khilafah di Turki.

Jadi, selain wajib bersyukur kepada orang tua kita, yang menyebabkan kita beragama Islam. Wajib bersyukur kepada kakek buyut kita, yang menyebabkan kita beragama Islam. Kita juga wajib bersyukur atas adanya aktivitas dakwah dan Khilafah.

Karena sesungguhnya, aktivitas dakwah yang diemban oleh Khilafah lah, Nusantara bisa mengenal Islam, Nusantara bisa terbebas dari penyembah batu berhala. Karena itu, tidak boleh ada umat Islam di Nusantara ini, yang malah menuduh Khilafah memecah belah, padahal agama Islam yang dianutnya, tak pernah lepas dari jasa Daulah Khilafah. []

Posting Komentar

1 Komentar