Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

DEJAVU REVOLUSI PERANCIS


Negara Demokrasi Modern terlahir lewat Revolusi Perancis. Sebelumnya, Perancis dikuasai Rezim Feodal. Kolaborasi antara aristokrat dengan pendeta gereja yang memerintah secara otoriter.

Otoritarianismenya tercermin dalam kata-kata Raja Luis XIV; "L'etate C'est Moi" atau "Negara adalah Saya". Kalau ditranslate secara bebas kurang lebih semacam "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Musuh saya adalah musuh pancasila dan musuh indonesia.

Tapi, seberapapun pongah Luis XIV, dia bukanlah penguasa sesungguhnya. Dia hanya boneka yang dikendalikan oleh Kardinal Mazarin, kepala kementrian di bawahnya. Louis XIV terjerat hutang kepada bankir yahudi bernama Jean Baptiste Colbert akibat terlibat perang Spanyol. Hutang itu terus membengkak dan diwariskan kepada; Luis XV & Louis XVI.

Pada masa Louis XVI, hutang kepada Coulbert benar-benar sudah mengunung. Sampai-sampai, Coulbert menjadi penguasa sesungguhnya di atas raja. Untuk membayar hutang itu, rezim mewajibkan rakyat membayar pajak berlipat. Na'asnya, hal itu disertai hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas. Lengkap sudah penderitaan.

Perilaku otoriter, hutang menggunung, pajak mencekik, adalah lobang besar yang siap menjerembabkan kekuasaan. Itu hukum alam. Akhirnya, Louis XVI dieksekusi rakyatnya sendiri dengan Guillotine, mesin pemenggal kepala yang biasanya dia gunakan untuk mengeksekusi rakyatnya.

Rezim Feodal Perancis akhirnya tumbang digantikan sistem Demokrasi dan Nationstate yang bercita-cita membebaskan rakyat dari kezaliman. Hari ini sejarah berbalik. Rezim Demokrasi dan Nationstate berganti menjadi sang diktator berikutnya.

Kira-kira, bagaimana nasib sistem Demokrasi yang kini menunjukkan sifat asli otoriternya? yang menanggung hutang segunung? Serta Pajak mencekik rakyat?

Posting Komentar

0 Komentar