Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

IMAN ADALAH KETUNDUKAN HATI KEPADA ALLAH


Oleh : Muslihah

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَّلِيَـعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَـتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَاِ نَّ اللّٰهَ لَهَا دِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِلٰى صِرَا طٍ مُّسْتَقِيْمٍ
"dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepada-Nya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 54)

Menurutku ayat ini adalah bukti bahwa Allah memilih memberi hidayah hambaNya ataukah menyesatkan, semua tergantung hamba itu sendiri. Apakah manusia mau meyakini kebenaran Al Qur'an atau tidak, itu pilihan mereka sendiri. Hingga kemudian ia menjadi sesat atau taat itupun pilihannya sendiri. Allah telah mengkaruniai akal untuk berpikir kemudian memilih apakah mau taat atau maksiat.

Aku pernah dengar cerita seorang yang bernama Jhoni Indo. Ia seorang narapidana penjara Nusakambangan yang divonis seumur hidup akibat mengedarkan obat terlarang. Suatu hari ia dan beberapa narapidana melarikan diri dari penjara. Ternyata tidak mudah keluar dari Nusakambangan. Petugas memergoki mereka. Akhirnya sampai petugas melepaskan tembakan bertubi-tubi. Dalam keadaan terjepit dan tak yakin bisa keluar dari situasi itu dengan selamat, Jhoni yang saat itu masih kafir, berdoa, "Wahai Tuhan orang Islam, selamatkan aku!"

Keimanan yang masih sangat tipis, bahkan saat itu ia belum bersyahadat. Akan tetapi dalam lubuk hatinya ia yakin bahwa Tuhan yang benar adalah Allah. Allah mendengar doa, dan menyelamatkannya. Selepas menjalani hukuman dengan tuntas, ia masuk Islam dan menjadi salah satu santri Ustadz Arifin Ilham, seorang ulama kondang tanah air. Alhamdulillah.

Aku juga pernah membaca tentang seorang dokter bedah ternama di Rusia, seorang atheis (aku lupa namanya). Ia memiliki seorang anak perempuan yang sakit. Alat kedokteran yang canggih tidak mampu mendeteksi apa penyebab sakitnya. Sang anak sudah tak sadar dan mulai membiru. Dalam keadaan putus asa, ia berdoa dalam hati, "Wahai Tuhan jika memang Engkau ada, selamatkan anakku!"

Doa tulus seorang ayah yang putus asa. Yang mengakui meski ia seorang dokter ternama, tidak memiliki kekuatan apapun untuk menyelamatkan putrinya. Allah mengabulkan permohonannya. Sang anak perlahan pulih dari sakitnya. Konon beberapa tahun kemudian setelah mempelajari banyak agama, ia masuk Islam. Karena mengetahui kebenaran dalam Islam yang tidak ada pada agama lain.

Begitupun dengan ustadz Felix Siauw. Sebelum masuk Islam beliau sempat keluar masuk agama lain, demi mencari kebenaran hakiki. Akan tetapi ia tidak mendapati semua agama itu bulshit. Ia pun memilih untuk menjadi atheis. Namun demikian dalam hatinya masih ada tanda tanya tentang keberadaan Tuhan. Hingga ia bertemu dengan Ustadz Fatih Karim, berdiskusi semalam penuh. Sejak jam delapan malam hingga jam empat pagi, tanpa makan tanpa minum tanpa ke kamar mandi, berakhir dengan beliau menyatakan syahadat kemudian berjamaah salat subuh. Ma syaa Allah.

Kemudian mari kita bandingkan dengan kisah Abu Thalib. Seorang paman Rasulullah, yang melindungi Rasul dan dakwahnya dari kekejaman orang Quraisy meninggal dalam keadaan kafir. Mengapa? Bukannya Allah tidak adil, dengan tidak memberikan hidayah kepadanya. Sungguh di dalam hati kecilnya Abu Thalib meyakini kebenaran adanya Allah. Hanya saja ia lebih takut kepada penilaian orang-orang Quraisy saat itu dan sampai akhir hayatnya. Maka sesungguhnya ia yang telah memilih untuk tetap dalam agama nenek moyang sampai ajal menjemputnya.

Wallahu a'lam bish shawab

Mojokerto, 4 Agustus 2021

Posting Komentar

0 Komentar