
Oleh: Muslihah
Siti terjaga dari tidurnya. Ia mendapati suaminya tidak berada di sisinya.
'Ah, iya. Tadi kan suamiku pamit ke kamar mandi.' Ia berucap dalam hati.
Sejak sore suaminya minta dipeluk. Sudah beberapa hari terakhir ia merasa kurang sehat. Biasanya ke kamar mandi pun diikuti. Tapi malam ini Siti merasa sangat mengantuk saat suaminya pamit ke kamar mandi. Ia membiarkan tubuhnya rebahan di tempat tidur. Mengingat suaminya sedang tidak enak badan, bergegas ia bangun menuju kamar mandi. Ia sempat melihat jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari.
Sayangnya ia menemukan kamar mandi dalam keadaan kosong. Terdengar suara orang melangkah bergesekan dengan tumbuhan yang ada di luar rumah.
"Mas! Kamukah yang di situ?" teriak Siti.
Tak ada sahutan. Retina terdengar suara benda berat jatuh ke dalam sumur.
"Mas! Mas! Kamu di mana?"
Lagi-lagi tidak ada sahutan. Hingga datang waktu Subuh, suaminya tidak kunjung datang. Bahkan hingga matahari terbit suaminya belum kembali. Siti panik bukan kepalang. Ia memberi tahu kakaknya, tetangga dan semua orang yang ditemui pagi itu. Sambil menangis ia menceritakan apa yang dialaminya. Ia sangat khawatir jika suaminya kecebur sumur. Sebab sumur di belakang rumah yang biasanya tertutup kayu, papan, bahkan ada kulkas rusak ditaruh diatasnya, pagi itu ditemukan sedikit terbuka. Yang mana lubang itu cukup untuk dilewati tubuh seseorang.
Terjadi kehebohan di pagi itu. Semua orang ikut mencari. Ada yang mencari ke rumah temannya dan ke saudaranya. Bahkan ada yang lapor ke pemadam kebakaran demi mendapat pertolongan. Bada Subuh, ada personil yang datang melihat situasi dan kondisi. Baru kemudian kembali membawa peralatan yang dibutuhkan. Empat buah diesel dikerahkan untuk memompa air sumur. Jika memang suami Siti tenggelam di sumur, diharapkan segera bisa terlihat.
Anehnya ke empat diesel tidak ada yang bisa dinyalakan. Beberapa waktu kemudian baru bisa dinyalakan, akan tetapi setelah satu jam dikuras, air seakan tidak berkurang. Kalaupun berkurang hanya sedikit sekali. Khawatir di dalam sumur mengandung udara beracun, seseorang memasang blower penyedot udara di atas sumur, agar udara dalam sumur berganti. Hal ini dilakukan jika benar korban ditemukan dalam sumur, maka itu sebagai upaya keselamatan bagi penolong.
Sampai matahari cukup tinggi sekitar jam delapan pagi, belum juga terlihat tanda-tanda keberadaan suami Siti. Seorang ustadz di desa berinisiatif melakukan ritual ruqyah sesuai tata cara yang ia ketahui. Beliau membacakan surat Yasin sebanyak 41 kali ke sebotol air. Air yang telah dibacakan surat Yasin ini disiramkan ke sisi sumur, sebagian dicurahkan ke air sumur. Sementara seseorang menyiramkan air, sumur juga dibacakan adzan selama empat kali dari empat sisi. Kemudian dibacakan Iqamah. Saat Iqamah berlangsung muncullah jenazah dari dalam air.
"Usai diadzani baru langsung muncul," celetuk seseorang. Saat sekitar pukul sepuluh pagi. Segera dilakukan perawatan terhadap jenazah, sebagai haknya. Dimandikan, dikafani, disolati dan dimakamkan. Peristiwa ini terjadi di desaku beberapa minggu yang lalu. Sesungguhnya setiap orang sudah ditentukan waktu dan tempat meninggal.
Ingat dulu masih mondok, dibacakan kitab Usfuriyah oleh Ustadz. Saat mengisahkan salah satu umat Nabi Sulaiman as. Saat Nabi Sulaiman as mengadakan pertemuan di hadapan umatnya ada seorang tamu (ternyata malaikat) yang mengatakan bahwa Fulan yang sedang mengikuti pertemuan mestinya beberapa saat lagi dicabut nyawanya di kota lain. Tapi kok ia masih disini. Tidak mungkin catatan dari Allah keliru. Kemudian tamu itu pergi.
Selepas kepergian tamu tersebut, Fulan yang dimaksud minta izin kepa Nabi Sulaiman as agar memperbolehkan menaiki angin agar bisa pergi dari kota itu. Nabi Sulaiman as mengizinkan, dan sampai di kota yang dimaksud, orang itu meninggal tepat sesuai waktu yang disampaikan malaikat, tamu Sang Nabi.
Usai itu rumor berkembang di masyarakat. Ada yang mengatakan korban dibawa lampor, pasukan Nyi Roro kidul. Para tetangga ketakutan, ada yang takut dibawa lampor, ada yang takut dihantui. Mendengar hal itu aku jadi miris sendiri. Ini menunjukkan betapa dangkal akidah masyarakat saat ini.
Suatu peristiwa yang menimpa kita sudah ditulis dan ditetapkan oleh Allah. Tidak perlu takut kepada hantu, karena orang yang beriman punya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah tempat berlindung. KepadaNya kita wajib bertawakal.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوْلٰٮنَا ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman."(QS. At-Taubah 9: Ayat 51)
Mojokerto, 28 Juli 2021
0 Komentar