
Oleh: Mutiara Aini
Allah memerintahkan manusia bekerja dan berusaha untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Tidak boleh hanya mengejar duniawinya saja, hingga melupakan akhiratnya. Begitu juga sebaliknya. Keduanya hendaknya berjalan dan diperhatikan secara seimbang.
Al-Qur’an mengajarkan manusia akan pentingnya memiliki kearifan untuk menciptakan keseimbangan dalam dirinya dan kehidupannya, berupa keseimbangan jasmani dan rohaninya, keseimbangan intelektual dan hati nuraninya, serta keseimbangan dunia dan akhiratnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)
Sedangkan kehidupan akhirat bersifat abadi. Maka, bahwasanya jika manusia bekerja keras untuk kepentingan ukhrawi, dengan sendirinya urusan duniawinya juga didapat. Untuk itu ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan utama dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.
Islam memerintahkan manusia supaya berbuat baik terhadap sesamanya, sebagaimana Allah berbuat baik kepada manusia. Tak sedikit manusia yang ingkar kepada-Nya, tetapi Allah tetap menurunkan kebaikan (nikmat-Nya) kepada manusia. Dengan kata lain, jika ada orang lain berbuat kesalahan kepada diri kita, maka jangan sungkan untuk memaafkan dan tetap berbuat baik kepadanya. Dari sikap ini akan berdampak pada tatanan kehidupan bersama yang tenang dan harmonis.
Islam pun melarang manusia berbuat kerusakan, baik kerusakan pada dirinya sendiri ataupun pada lingkungan. Sejatinya, manusia harus merawat dan menjaga bumi, tidak boleh dirusak. Jika bumi sudah rusak, maka derita dan petaka akan dialami oleh manusia itu sendiri. Allah Swt membenci orang orang yang membuat kerusakan.
Wallahu àlam bisshawwab
0 Komentar