
Oleh: Muslihah
Ia seorang janda dengan satu anak. Ia menjadi tulang punggung keluarga sejak suaminya meninggal tanpa sakit sepuluh tahun lalu. Saat itu Indra anaknya masih berusia lima tahun. Mau tak mau ia harus mengais rezeki demi bisa membesarkan putra semata wayangnya.
Yu Lastri tidak memiliki pendidikan tinggi. Ia hanya lulusan SD Negeri di desanya. Keadaan ekonomi keluarga dan jauhnya sekolah menengah pertama saat itu, menghalanginya mendapat pendidikan. Sementara suaminya dulu juga hanya seorang pekerja serabutan. Maka sepeninggal suaminya ia harus berputar otak harus kerja apa sesuai kemampuannya.
Menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah? Sekarang laundry menjamur dimana-mana dengan ongkos yang cukup murah. Maka menjadi buruh cuci mengandalkan kekuatan, hasilnya sangat tidak menjanjikan. Tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Ia mencoba jual gorengan di depan rumahnya. Ia berharap penghasilannya akan menutupi semua kebutuhannya dan sang anak.
Ternyata dengan menjual gorengan tidak banyak untungnya. Antara modal dan omzet penjualan hanya terpaut sedikit. Apalagi di perumahan kecil dan hanya mengandalkan di depan rumah sendiri. Yang beli hanya beberapa orang tetangga. Itupun disebabkan mereka kasihan.
Yu Lastri menambah jualannya dengan botok tahu tempe. Sayangnya hidup di perumahan tidak ada lahan. Ia harus membeli daun untuk bungkus botok tahu tempe. Itu mengurangi laba yang ia dapatkan. Dilihatnya di perbatasan perumahan ada tanaman pisang yang tumbuh di lahan fasilitas umum. Jadilah ia mengambil daun di sana. Satu dua hari, ia bisa mengambil daun tanpa ada yang menegur. Tapi belum genap seminggu ia mengambil daun ia ditegur oleh orang yang mungkin menanamnya.
"Yu! Sebenarnya boleh saja mengambil daun di sini kalau untuk sekedar bikin botok pribadi. Tapi maaf, ya, Yu, jenengan itu mengambil daun setiap hari untuk dijual. La, padahal pohon pisang di sini tak terlalu banyak. Jadi jenengan tidak memberi kesempatan orang lain bisa memanfaatkannya. Maaf, ya, Yu. Coba lihat! Hampir semua pohon sudah jenengan ambil daunnya. Selama ini pun jenengan tidak pernah minta izin siapa pun. Sedang pisang ini juga tidak tumbuh sendiri, kan? Pasti ada yang menanam."
"Oh, ngge, pangapunten." Yu Lastri tidak membalas dengan banyak kata. Akan tetapi dalam hati ia sangat dongkol. "Orang kok, ya, pelit bukan main. Masa aku mengambil daun pisang yang tumbuh di tempat umum tidak boleh. Apa tidak tahu, hidupku itu susah. Duh, nasib orang miskin." Ia ngedumel sendiri.
Sesekali Yu Lastri curhat kepada tetangga yang terkadang menungguinya berjualan sambil membeli dagangannya. Betapa berat hidupnya. Mbak Ana yang rumahnya berhadapan dengannya, sering memberi bantuan. Baik berupa makanan siap saji, atau beras, bahkan terkadang memberi dalam bentuk uang.
"Duh, aku bekerja banting tulang seperti ini, tapi sering kali tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tapi ada orang yang dengan mudah mendapatkan rezeki berlimpah tanpa bersusah payah mengeluarkan tenaga," kata Yu Lastri kepada pelanggannya sambil mencemplungkan pisang yang telah dilapisi adonan ke dalam minyak panas.
"Siapa yang kamu maksud, Yu? Lagi pula mana ada orang bisa mendapatkan rezeki berlimpah tanpa bersusah payah?" tanya Bu Ruly yang sedang membeli sepuluh potong gorengan.
"La, iku. Para pejabat negara itu. Betapa mudahnya mereka, menjabat setahun kekayaannya jadi beberapa milyar," sahutnya sinis.
"Mboh, Yu. Gak ngerti aku," jawab Bu Ruly cuek.
"Yu, tolong aku dibikinkan pisang goreng dua puluh, tahu isi dua puluh, bakwan dua puluh jangan lupa petis dibungkus plastik, ya! Nanti kalau sudah siap tolong dikirim ke rumah!" Bu Ninik tiba-tiba datang.
"Baik, Bu Ninik. Apa ada tamu? Kok tumben beli banyak?" tanya Yu Lastri sambil menerima uang dari Bu Ninik.
Suasana sore itu cukup sepi, hanya ada beberapa anak kecil yang diasuh ibunya sambil menyuapi makan.
"Nanti malam ada rapat takmir masjid. Ini saja nanti tinggal ditambah apa gitu," jawab Bu Ninik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
,اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Hud 11: Ayat 6)
0 Komentar