
Oleh: Muslihah Saiful
Kamis bada Isya adalah waktu yang istimewa bagi setiap orang muslim. Sebab Jumat merupakan hari terbaik bagi mereka. Maka Kamis bada Isya yang sejatinya awal dari hari Jumat, biasa dipergunakan untuk membaca dzikir Sunnah misal membaca surat Al Kahfi, baca tahlil, tahmid maupun salawat nabi.
Tak jarang kaum muslimin melakukan dzikir secara berjamaah. Terkadang mereka menyebut dengan jamaah istighosah, jamaah Yasin, jamaah tahlil, atau ada juga yang menggabungkan nama jamaah Yasin tahlil. Demikian pula Pak Rudi tak terkecuali. Ia ikut pergi bersama para bapak ke rumah Pak Ridwan yang mendapat giliran ketempatan pelaksanaan jam'iyah.
Diperumahan kecil itu, jam'iyah cukup dipimpin oleh satu orang dari pembukaan sampai doa. Sebab mayoritas mereka adalah orang yang awam tentang agama. Mereka hanya ikut-ikutan saja. Yang dianggap baik oleh masyarakat umum, di situlah mereka berpihak. Maka Pak Rudi yang diberi kehormatan untuk memimpin Yasin dan tahlil malam itu.
Seperti biasa beliau memulai dengan salam, menyapa para jamaah dengan ramah, membuka dengan surat Al Fatihah, lanjut membaca Yasin beserta tahlil dan doa. Semua dipimpin Pak Rudi. Malam itu Pak Rudi sengaja memberikan sedikit tausiyah kepada para jamaah tentang tujuan hidup manusia.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Adz Dzariyat ayat 56).
"Sesungguhnya penciptaan manusia adalah agar manusia mengabdi hanya kepada Allah satu-satunya. Wajar jika manusia mentaati Allah. Sebab Allah telah mengaruniai banyak hal kepada manusia. Kehidupan, kesehatan, anak, istri dan lain sebagainya, semua diberi Allah tanpa mereka meminta.
Jika kita menjadi karyawan pabrik, bukankah harus taat kepada aturan pabrik? Jika aturannya masuk jam tujuh akankah kita datang jam delapan? Tentu tidak bukan? Mengapa demikian? Karena kita butuh kepada pabrik, dan agar tetap mendapatkan bayaran sesuai dengan hasil kerja kita. Demikian bukan?
Lalu apa salah jika Allah memerintahkan kepada manusia agar selalu taat kepada-Nya? Perintah agar salat dan zakat atau infaq hampir selalu bersama. Seakan jika seorang ingin diterima shalatnya maka tidak boleh pelit. Harus banyak berinfak dan apalagi zakat. Dalam Islam seseorang tidak dibenarkan menimbun harta kekayaan. Makanya ada mekanisme zakat, infak sedekah. Sampai di sini ada pertanyaan?"
Setelah beberapa menit memberi tausiyah, Pak Rudi memberi kesempatan jamaah untuk merespon.
"Tanya, Pak." Seorang jamaah yang bernama Pak Iskandar mengacungkan tangan.
"Saya dengar beberapa pejabat negara memiliki kekayaan yang berlimpah secara cepat. Bahkan dalam tempo sepuluh bulan sudah memiliki menambah kekayaan sepuluh milyar. Bagaimana tanggapan Pak Rudi dalam hal ini?"
Sebagian besar jamaah manggut-manggut. Pak Rudi tersenyum bijak sebelum menjawab pertanyaan.
"Dalam Islam seseorang boleh menjadi kaya. Sebab menjadi kaya merupakan pemberian Allah. Sahabat Abdurrahman bin Auf misalnya, adalah sahabat Rasulullah Saw yang terkenal kaya raya. Akan tetapi di dalam meraih kekayaan harus sesuai dengan syariat Islam. Tidak boleh menghalalkan segala cara. Misal dengan cara korupsi, manipulasi, berjudi apalagi menjual diri.
Bahkan orang yang mendapat kekayaan dengan cara halal wajib mengeluarkan zakat yang diperuntukkan bagi delapan asnaf. Mereka yang tidak mau mengeluarkan zakat diancam masuk neraka. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَّوْمَ يُحْمٰى عَلَيْهَا فِيْ نَا رِ جَهَـنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ ۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ
(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam Neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. At-Taubah 9: Ayat 35)
Itu adalah Ancaman bagi mereka yang tidak mau mengeluarkan zakat. Meskipun harta kekayaan didapatkan dengan cara yang halal. Tidak bisa dibayangkan jika harta yang dimiliki dikumpulkan ditimbun adalah harta yang diperoleh dengan cara haram. Betapa jauh lebih pedih azab yang akan mereka rasakan kelak. Nauzubillah.
Baiklah Semoga apa yang bisa saya sampaikan pada malam hari ini barokah manfaat untuk kita semua. Wallahu a'lam bish-shawab. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Pak Rudi mengakhiri tausiyahnya lanjut memimpin doa penutup. Sulastri istri Pak Ridwan segera mengeluarkan berbagai makanan ringan yang telah disediakan. Tak lupa kopi dan teh manis menambah suasana menjadi lebih akrab. Para jamaah ternyata belum puas dan melanjutkan diskusi sambil menikmati hidangan yang disediakan pemilik rumah. Pak Rudi meladeni diskusi dengan menghindari debat kusir. Sesekali terdengar tawa diantara mereka menunjukkan rasa akrab kekeluargaan.
Setelah dirasa cukup, Sulastri mengeluarkan bingkisan untuk para jamaah berupa nasi dan lauk pauk sebatas kebiasaan yang ada di perumahan tempat tinggal mereka. Jamaah pun bubar dengan diiringi bacaan salawat nabi bersama-sama.
0 Komentar