
Oleh: Muslihah Saiful
Kemarin Nanto berpesan agar mengajaknya menjadi baik. Maka hari ini Pak Rudi akan mencoba mengajak untuk menjalankan salat, saat Zuhur tiba. Ia sengaja mangkal di terminal menjelang Zuhur. Cuaca panas terik matahari musim kemarau membikin orang malas keluar rumah kecuali ada kepentingan tertentu. Meski demikian terminal tetap ramai. Beberapa orang membeli buah yang dijual Pak Rudi.
Ada yang langsung dimakan di tempat, ada pula yang memakannya sambil berlalu. Pun ada yang meminta dibungkus di plastik untuk dibawa pulang. Dagangan Pak Rudi siang ini cukup ramai pembeli. Beliau senantiasa mengucap hamdalah sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat yang dimiliki.
Terdengar kumandang tarhim dari speaker masjid yang tak jauh dari terminal. Akan tetapi ia tak melihat sosok Nanto Sang Sopir angkutan kota.
"Tin, tin."
Sebuah mobil angkutan kota melintas membunyikan bel pertanda pengendara menyapa seseorang. Spontan Pak Rudi menoleh ke sumber suara. Dilihatnya orang yang sedang dicari melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lepas. Bersama itu terdengar kumandang azan, pertanda waktu Zuhur sudah tiba.
Pak Rudi bergegas mendatangi Nanto yang sedang memarkir angkotnya.
"Alhamdulillah, pas Zuhur nyampai sini. Ayo ke masjid!," ajak Pak Rudi tanpa basa basi.
"Hadeh, Pak Ustaz, baru juga datang. Mbokya nanti dulu, minum dulu, sambil ngaso," kelun Nanto.
"Katanya kemarin minta agar aku mengajak bener, kok masih banyak alasan saja. Ayo kita salat di masjid, sambil ngaso. Mau minum ada di sana disediakan air mineral gratis. Ayo!"
Sebenarnya Nanto masih enggan salat. Namun karena sungkan kepada Pak Rudi sebab kemarin sudah berpesan agar diajak bener, ia beranjak juga dengan malas. Mereka menghampiri gerobak buah. Kemudian Pak Rudi mendorongnya. Sementara Nanto melangkah di samping Pak Rudi. Sebenarnya Pak Rudi tahu jika pemuda di sebelahnya itu sedang enggan. Tapi beliau berpura-pura tidak tahu.
"Bagaimana hasil narik hari ini? Rame?" tanya Pak Rudi memecah kesunyian di antara mereka.
"Iya, Taz. Lumayan."
"Alhamdulillah. Jangan lupa mengucapkan hamdalah!"
"Hamdalah itu apa, Taz?"
"Hamdalah itu ucapan Alhamdulillah, itu tadi. Ayo kita wudu dulu!"
Tak terasa mereka sudah sampai di halaman masjid. Pak Rudi segera mengamankan gerobaknya di pojok tempat parkir motor. Mereka segera wudu dan turut salat berjamaah. Beruntung mereka tidak terlambat berjamaah.
Usai salat imam masjid memberikan ceramah singkat. Diawali dengan mengucap salam, membaca hamdalah dan salawat nabi, Sang Imam berkata,
"Bersyukur kita masih diberi iman dan sehat, hingga ringan menjalankan salat jamaah. Banyak orang di luar sana yang mengaku Islam tapi enggan salat. Mereka malas menjalankannya. Mereka lebih suka bermalas-malasan di rumah sambil nonton TV atau di warung sambil minum kopi. Mereka salat hanya karena ingin dipuji oleh orang lain."
Nanto merasa "jleb" dalam hatinya. Seakan ceramah itu ditujukan kepada dirinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَا دِعُهُمْ ۚ وَاِ ذَا قَا مُوْۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَا مُوْا كُسَا لٰى ۙ يُرَآءُوْنَ النَّا سَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا
"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa' 4: 142)
Kalau dimaknai lebih dalam, orang munafik itu malas mendatangi perintah Allah. Tidak hanya salat saja, termasuk semua bentuk kebaikan di sisi Allah. Sedekah misalnya. Mereka kikir, menganggap dengan sedekah hanya mengurangi kekayaannya. Padahal di banyak ayat, Allah berfirman bahwa orang yang sedekah di jalan Allah akan mendapat balasan berlipat ganda.
Rasulullah Saw bersabda, tanda orang munafik itu ada tiga. "Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika diberi amanah ia khianat."
"Pak Ustaz! Boleh saya bertanya?" sela Nanto di tengah ceramah Sang Imam salat.
"Ya. Silakan!"
"Apa balasan bagi orang munafik?"
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَ سْفَلِ مِنَ النَّا رِ ۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا
"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka," (QS. An-Nisa' 4: 145)
Begitulah balasannya. Wallahu a'lam.
"Waduh ngeri juga, ya, balasannya" gumam Nanto saat kembali ke terminal hendak melanjutkan pekerjaannya.
"Makanya kamu jangan meninggalkan salat!" sahut Pak Rudi mendengar gumaman Nanto.
"Iya, Taz. Semoga aku bisa memerangi malasku."
"Jangan menunggu aku yang mengajak, sebab tak selamanya aku bisa bersamamu. Malah lebih sering tidak bisa bareng, sebab tempat tinggal kita yang beda kota."
"Semoga, ya, Taz. Doakan aku!"
"Insya Allah. Semoga bisa istikomah, mulai sekarang dan selamanya."
"Aamiin."
Mereka telah sampai di terminal kembali.
"Kita ke warung dulu, Taz. Sudah saatnya makan siang, lapar," ujar Nanto.
"Kamu saja yang ke warung. Kebetulan ini hari Senin, aku sedang puasa."
"Oh, begitu. Baiklah, Taz. Terimakasih, ya."
"Sama-sama. Aku lanjut pulang. Hari ini cukup ramai orang beli buah. Daganganku tinggal sedikit. Semoga habis di perjalanan menuju rumah. Assalamualaikum."
"Wa'alaykumussalam"
Mojokerto, 19 September 202
0 Komentar