Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MUSLIMAH WAJIB MENUTUP AURAT


Oleh: Muslihah

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Apa kabar semua?"
"Alhamdulillah, subhanallah, luar biasa, Allahu Akbar, yes, yes, yes!"

Anak-anak menyambut sambil mengepalkan tangan, mengedepankan lengan yang ditekuk pertanda semangat.

Itulah pembuka kelas setiap hari di TPQ tempat aku mengajar anak-anak membaca Al Qur'an. Anak-anak yang belajar di sini, mulai dari usia tiga tahun hingga kelas enam SD. Ada juga yang sudah usia SMP tapi sangat jarang. Kebanyakan mereka begitu menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama, segera mundur teratur dari TPQ. Wajar saja sebab sekolah mereka yang hampir seharian. Pulang sudah Asar, belum mandi dan solat.

Kegiatan belajar mengajar di TPQ, disesuaikan dengan kemampuan santri. Kadang dalam satu rombongan belajar usia dan kelas tidak sama. Sejak awal para ustadzah selalu memberikan kelas tertinggi untukku. Mereka beralasan tidak hafal ilmu tajwid dan ghorib. Oke, tak masalah bagiku. Ambil hikmahnya saja. Lihat sisi nikmatnya saja.

Enaknya mengajar kelas Al Qur'an adalah makhraj mereka rata-rata sudah bagus, kebiasaan saling menyimak sudah terbentuk. Jadi aku tinggal menyimak mereka, setelah memberikan materi ghorib atau teori tajwid. Usai itu kami biasa bercengkerama, bercerita ataupun bercerita. Kesempatan ini aku pakai untuk menanamkan akidah dan syariah Islam kepada mereka. Apalagi jika diantara mereka ada yang bertanya. Seperti sore itu.

"Ustadzah, apakah tidak sumuk pakai pakaian dobel, sudah pakai celana panjang pakai gamis juga?"

Putri nama anak berusia kurang lebih sepuluh tahun itu. Ia bertanya saat melihat celana panjang yang kukenakan akibat gamis tersingkap sedikit saat duduk selonjoran.

"Begini, ya. Kita sebagai orang yang beragama Islam, harus taat pada setiap perintah Allah. Nah kewajiban itu tak hanya salat, zakat, puasa dan haji saja. Kita juga mempunyai kewajiban untuk menutup aurat. Bagi para lelaki auratnya sebatas antara pusar dan lutut. Sedangkan bagi kita para perempuan Allah mewajibkan menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat An Nur ayat 31. Ayo semua membuka surat An Nur ayat 31!"

Ada empat belas anak dalam kelasku. Delapan perempuan dan selebihnya anak lelaki. Segera semua membuka Al Qur'an sibuk mencari yang kumaksud.

"Coba Putri, baca lafadz Al Qur'annya!"

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم "
بسم الله الرحمن الرحيم
وَقُلْ لِّـلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَا رِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَـضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَآئِهِنَّ اَوْ اٰبَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَآئِهِنَّ اَوْ اَبْنَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَآئِهِنَّ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِ رْبَةِ مِنَ الرِّجَا لِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِاَ رْجُلِهِنَّ لِيُـعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ ۗ وَتُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن"
َPutri membaca dengan bacaan yang tartil makhraj dan panjang pendek yang benar.

"Bagus. Sekarang Silvi. Baca terjemahnya! Ambil Al Qur'an terjemah di rak Al Qur'an masjid!"

"Baik, Ustadzah."

Silvi bergegas bangkit dari duduknya menuju rak Al Qur'an dan kembali membawa Al Qur'an terjemah. Segera ia membuka dan membaca,

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur 24: Ayat 31)

"Jadi semua paham, mengapa Ustadzah selalu berpakaian seperti ini?"

"Tapi mengapa mesti dobel, Ustadzah? Kan sumuk. Apalagi panas-panas begini." Rupanya anak itu belum puas dengan jawabanku.

"Begini, ini yang di dalam namanya mihnah. Atau pakaian sehari-hari. Ia dipakai di rumah. Jadi saat di rumah boleh hanya pakai kaos pendek sama celana, atau pakai daster atau pakai baby doll saja. Nah kalau keluar rumah harus mengenakan jilbab. Gamis inilah yang disebut jilbab."

"Lo, Ustadzah! Bukannya jilbab itu yang ini, ya?" tanya Nia sambil memegang ujung kerudungnya.

"Ini namanya kerudung. Dalam Al Qur'an surat An Nur tadi disebutkan supaya menutupkan kain kerudung ke dada. Masih ingat?"

"Iya, Ustadzah."

"Nah tidak terasa sudah terasa sudah menjelang Magrib. Semua membawa mukenah, kan? Kita salat jamaah Maghrib baru pulang. Oke?"

"Siap, Ustadzah!"

Terdengar lantunan tarhim dari speaker masjid pertanda waktu Maghrib segera tiba. Kami menutup kelas sore itu dengan membaca surat Al Ashr dan senandung Al Qur'an bersama. Terakhir aku mengucap salam dan dijawab oleh semuanya. Kelas lain sudah sepi.

Mojokerto, 1 September 2021

Posting Komentar

0 Komentar