
Oleh: Muslihah Saiful
Terminal merupakan tempat yang strategis untuk menjual buah. Apalagi di cuaca panas terik seperti ini. Banyak orang yang jadi ingin menikmati segarnya buah dingin siap saji dengan harga yang terjangkau.
Pak Rudi cukup meletakkan gerobak buahnya di tempat yang mudah dijangkau oleh para penumpang yang hilir mudik bergantian dari berbagai penjuru.
"Rujak manis satu porsi berapa, Pak?" tanya seorang wanita.
"Lima ribu, Mbak."
"Saya beli dua."
"Siap, Mbak." Pak Rudi segera memasukkan dua porsi rujak manis yang telah disiapkan dalam plastik mika.
"Terimakasih, Mbak," ucapnya sambil mengangsurkan bungkusan dan menerima uang.
"Sama-sama, Mbak."
Pak Rudi selalu mengiringi setiap ada pembelian dengan bacaan hamdalah sebagai bentuk syukur kepada Allah.
"Assalamualaikum, Taz. Kelihatannya laris hari ini." Seorang pemuda menyapa dan langsung mencomot sepotong semangka dari dalam gerobak buah.
"Wa alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Iya, Alhamdulillah. Bersyukur atas rezeki yang dikaruniakan kepada kita."
Seperti biasa Pak Rudi menjawab dengan bersahaja. Wajar jika banyak yang nyaman ngobrol bareng dengannya.
"Bagaimana dengan kamu hari ini? Ramai penumpang?"
Pak Rudi berbasa-basi dengan pemuda itu, yang tak lain adalah Nanto Si Sopir angkutan kota.
"Alhamdulillah. Saya belajar bersyukur seperti Bapak. Katanya disyukuri saja setiap apa yang kita dapat."
"Hmm. Tambah pintar kamu."
"Hehehe. Saya jadi pintar akibat suka berteman dengan Pak Rudi, nih," candanya. Mereka berdua tertawa.
"Pak, jenengan kemana-mana membawa Al Qur'an. Bukankah untuk memegangnya tak boleh sembarangan? Kan harus suci, harus punya wudu?" Biarpun Nanto seorang sopir angkot, ia mulai mengerti sedikit-sedikit tentang hukum Islam.
"Iya. Kamu betul."
"Lha, kapan Pak Rudi wudu? Kan dari tadi ada di sin?"
"Ya, kalau ke toilet, Le. Usai hajat kita di toilet, langsung wudu."
"Oooo. Begitu. Pantas jenengan tidak ragu saat membuka Al Qur'an."
"Menyadari bahwa aku ada kemungkinan pegang Al Qur'an kapan saja. Ya, aku mempersiapkan diri agar bisa selalu bersuci ketika hadats.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ فَا تَّبِعُوْهُ وَا تَّقُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
"Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat," (QS. Al-An'am 6: Ayat 155).
Untuk bisa selalu mengikuti Al Qur'an, maka aku berusaha untuk membacanya setiap hari. Lagipula membaca Al Qur'an itu tidak ada ruginya, dan yang pasti untung. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Karena itu setiap ada kesempatan aku akan pergunakan untuk membaca Al Qur'an."
"Kalau tidak pernah belajar membaca Al Qur'an kan susah untuk membaca dengan lancar?"
"Namanya juga tidak pernah belajar membaca Al Qur'an, ya, pasti susah. Apalagi kita bukan orang Arab. Sementara huruf Al Qur'an itu memakai huruf Arab, ya harus belajar lebih dulu. Tapi kalau kamu mau belajar, meski bacaanmu masih terbata-bata, kamu malah mendapat pahala dobel."
"Lho, begitukah? Wah ini bisa menjadi penyemangat bagi yang belum bisa membaca Al Qur'an. Jadi aku tidak perlu malu untuk belajar dan membacanya, meski isih gratul-gratul."
"Betul sekali."
0 Komentar