Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BAYI DALAM KARDUS


Oleh: Muslihah

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

بسم الله الرحمن الرحيم
وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Hud 11: Ayat 6)

Seorang wanita berpakaian tertutup serba gelap mengendap-endap mendekati rumah yatim "An Nur", tepat bersamaan dengan usainya kumandang azan Subuh. Lampu jalan depan rumah yatim yang terang benderang tidak bisa menyamarkan bayangannya di saat subuh.

Ia menggendong sesuatu seperti sebuah kotak atau kardus, entahlah, tidak begitu jelas terlindung oleh gelapnya malam. Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi bersama pintu rumah yatim yang terbuka. Wanita itu segera bersembunyi. Ustaz Yusuf yang keluar dari rumah itu segera mencari dari mana arah tangis bayi yang terdengar sangat dekat.

Benar, ia menemukan bayi dalam kardus air mineral, masih dalam bedongan. Ia segera mengangkat kardus berisi bayi itu untuk dibawa masuk rumah.

"Bayi siapa itu, Abi?" tanya Kania kepada suaminya.

"Entahlah, Abi mau berangkat ke masjid saat membuka pintu terdengar tangisan bayi di tangga depan. Rawat ia, ya! Abi mau ke masjid dulu. Kawatir ketinggalan jamaah salat Subuh."
"Baiklah."

Kania memeriksa keadaan bayi itu. Sepertinya ia baru beberapa hari dilahirkan. Suhu tubuhnya normal menurut rabaan tangan. Pakaiannya masih bersih belum kena ompol atau kotoran, pertanda ia masih benar-benar baru saja ditaruh dan ditinggalkan oleh seseorang.

Usai memastikan bayi itu baik-baik saja, ia segera bikin susu untuk bayi itu. Di rumah yatim itu ada dua orang bayi selain bayi yang baru ditemukan. Meski kedua bayi itu sudah lebih besar dari yang baru saja ditemukan. Tetapi susunya bisa dikonsumsi bayi itu. Usai minum susu, si bayi segera terlelap tidur.

Kania segera masak dan menyiapkan sarapan. Tak lama nasi goreng istimewa telah terhidang di meja makan. Ustaz Yusuf dan Kania segera sarapan.

"Siapa yang tega meninggalkan bayinya, ya? Kira-kira apa motivasinya?" gumam ustaz Yusuf.

"Ada banyak kemungkinan, Bi. Bisa jadi ia hasil hubungan haram. Atau mungkin orang yang sangat miskin takut tak bisa membiayai anaknya."

"Iya, Umi benar. Banyak orang miskin di sekitar kita. Tapi jika mereka beriman harusnya tak sampai meninggalkan anaknya. Ia pasti menrindukannya suatu hari dan menyesal telah terpisah dengan buah hatinya. Semiskin-miskinnya seseorang ia tak akan tak bisa makan disebabkan punya anak. Setiap manusia memiliki rezekinya bersama pemberian kehidupan oleh Allah termasuk bayi itu. Maka tak perlu takut miskin gara-gara punya anak.

Tahu anak gagak yang baru keluar dari telor? Ia belum bisa terbang bahkan belum punya bulu. Begitu menetas gagak dewasa meninggalkannya karena ia melihat si bayi tidak sama dengan dirinya. Bulunya hitam sedang sang bayi tidak. Gagak dewasa menganggap itu bukan anaknya. Pada saat itu tubuh bayi gagak dipenuhi oleh lendir yang amis. Justru dari bau itulah banyak hewan-hewan kecil mendatangi bayi gagak untuk memakan lendir itu.

Pada saat itulah bayi gagak mematuk hewan-hewan kecil yang menghampirinya. Gagak dewasa akan menengok bayinya saat sudah tumbuh bulu hitam. Sebab ia baru mengenali bayinya saat bulu hitam tumbuh sama seperti bulu hitam dirinya. Sedangkan saat itu lendir pada tubuh bayi gagak sudah habis. Masya Allah, kan? Nah pada gagak saja Allah memberi perangkat seperti itu. Memberi rezeki seperti itu.

Apalagi manusia. Dengan semua kesulitannya manusia pasti mampu keluar dari problematikanya. Setiap bayi lahir dari Allah-lah rezekinya."

Posting Komentar

0 Komentar