Oleh: Muslihah
Naila, Diaz dan Keisya berjalan bersama menuju sekolah. Mereka memang satu sekolah yang sama. Kebetulan sekolah mereka tidak jauh dari rumah mereka. Tempat sekolah mereka bisa ditempuh dengan berjalan kaki hanya lima menit saja. Sambil berjalan mereka berbincang apa saja. Tak jarang mereka terlihat saling canda dan berkejaran. Anak-anak usia sekolah dasar memang bagai tidak punya rasa sedih ataupun capek.
"Tugas dari Bu Dety sudah kamu kerjakan, Sya?" tanya Naila kepada Keisya.
"Sudah. Kenapa?"
"Aku belum. Besok saja aku mengerjakannya. Kan dikumpulkan baru Senin depan." Diaz beralasan.
"Kamu sendiri, sudah mengerjakan, Nai?" tanya Keisya.
"Belum, sih. Hehehe. Insyaa Allah besok," ujar Naila.
"Kok, Insya Allah, sih, Nai? yang tegas, gitu, lo!" Keisya nampak gemas.
"Lo, Sya! Kata Ustadzah Netty, kalau mau merencanakan sesuatu, sebaiknya mengucap Insya Allah." Naila menyampaikan argumen.
"Memang mengapa harus mengucapkan itu?" Keisya bertanya lagi. Sementara Diaz hanya memperhatikan percakapan mereka.
"Kata Ustadzah Netty, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Dan kita bisa melakukan rencana apa yang akan dilakukan besok itu karena dengan izin Allah." jawab Naila menjelaskan.
"Emang arti Insya Allah itu apa, Nai?" Diaz yang dari tadi diam turut bertanya.
"Insya Allah itu artinya jika Allah menghendaki. Begitu, sih kata Ustadzah Netty. Coba nanti kita tanya beliau," pungkas Naila.
Tak terasa mereka sudah sampai sekolah. Namun sekolah masih tampak sepi. Baru terlihat beberapa anak yang datang. Ditengah halaman Pak Kirno, tukang kebun sedang membersihkan dedaunan yang berserakan dengan sapu lidi yang diberi pegangan kayu.
Ustadzah Netty seorang guru Tsaqafah Islam. Beliau cukup dekat dengan anak didiknya. Saat melihat Sang Ustadzah datang anak-anak segera menyambut dengan antusias.
"Ustadzah Netty!!!" seru mereka seraya berhamburan mendatangi Sang Ustadzah berebut salim.
"Assalamualaikum, anak-anak!" seru Ustadzah Netty membalas sambutan mereka dengan tersenyum dan mengulurkan tangan untuk dicium punggung tangannya oleh mereka satu persatu. Ada sekitar lima belas anak berkerumun mengelilingi Ustadzah Netty. Sekolah itu memang sebuah homeschooling group SD. Tak terlalu banyak siswa didik di sana.
Anak-anak segera berbaris di halaman saat bel berbunyi tanda waktu masuk kelas tiba. Mereka membaca doa masuk kelas bersama lebih dulu. Satu persatu mereka memasuki kelas masing-masing dengan tertib. Dilanjutkan menghafalkan Al-Qur'an sesuai kemampuan jenjang tahfiz yang ada.
Saat istirahat tiba Naila, Diaz dan Keisya segera mendatangi Ustadzah Netty.
"Ustadzah, mengapa kita harus mengucapkan insya Allah saat merencanakan sesuatu?" Keisya segera menyampaikan pertanyaan.
"Oh, itu. Sini! Coba lihat ini, nih!" Ustadzah mengambil sebuah Al Qur'an terjemah dari dalam tas. Beliau membawanya mendekati anak-anak dan mengisyaratkan agar mereka duduk. Saat duduk bersama secara melingkar, Ustadzah Netty membukanya.
"Coba Naila baca ayat ini!" tunjuk beliau ke Al Qur'an yang dibukanya.
"اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَاۡيْءٍ اِنِّيْ فَا عِلٌ ذٰلِكَ غَدًا
اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ ۖ وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰۤى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَ قْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
صدق الله العظيم"
Naila membaca pelan namun fasih.
"Sekarang Diaz yang baca terjemahnya!" Ustadzah memindahkan Al Qur'an yang semula dipengang Naila ke depan Diaz.
"Yang mana, Ustadzah? Ayat berapa?" tanya Diaz.
"Ini ayat 23 dan 24." Ustadzah Netty meladeni mereka dengan telaten dan lembut.
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi, "kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini." (QS. Al-Kahf 18: 23-24)
"Bagaimana? Apa sekarang sudah mengerti jika yang mengajarkan mengucapkan insya Allah itu adalah Allah? Dan itu sekaligus perintah Allah. Keisya?"
"Iya, Ustadzah," jawab Keisya dengan tersenyum malu.
Tiba-tiba terdengar bel berbunyi tanda waktu masuk kelas. Mereka pun segera beranjak masuk kelas
0 Komentar