Anak-anak mengenakan seragam putih abu-abu itu berjalan menuju tempat parkir sambil bersenda gurau. Sesekali terlihat ada yang usil kemudian berlari menjauh. Yang lain segera menyusul dengan berlari. Gelak tawa sesekali terdengar diantara mereka. Rifqi, Azzam dan Mumtaz segera menuju tempat parkir sambil berlari berkejaran.
Mereka bersahabat sejak satu kelas di awal masuk SMA. Memiliki hobi yang sama menjadikan mereka cocok satu dengan yang lain. Meski demikian diantara mereka bertiga Rifqi terlihat menonjol memimpin mereka. Seringkali mereka meminta pendapat Rifqi tentang segala sesuatu. Dengan telaten ia menjawab pertanyaan para sahabatnya terkait agama Islam.
Ayah Rifqi seorang ustaz yang memiliki rumah tahfiz. Ibunya seorang hafizah, selain menjadi guru tahfiz beliau juga mengisi ceramah agama di pengajian rutin ibu-ibu. Terkadang juga diminta sebagai pemateri di kajian remaja. Itu sebabnya pengetahuan Rifqi dibidang agama lebih menonjol dibanding teman-temannya. Teman-temannya pun menaruh segan karena Rifqi yang pendiam dan tegas, namun tetap tak pernah menghakimi teman-temannya. Sebab itu teman-teman merasa nyaman bersamanya.
Kali ini sepulang sekolah mereka akan mengerjakan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tiga motor matic meluncur menuju rumah Rifqi. Depan rumah Rifqi ada gazebo yang cukup nyaman digunakan untuk santai maupun bikin tugas bareng. Lagi pula koleksi buku orang tua Rifqi yang banyak, menjadikan mereka mudah mencari referensi dalam membuat makalah hari ini.
"Ini, lho. Bagaimana kita bisa mengetahui ciri-ciri orang yang hanya kepada Allah ia patuh dan tunduk?" tanya Mumtaz saat buntu tentang pembahasan itu.
"Sebentar, aku mau minta tolong Abi, biar dijelaskan sama beliau," kata Rifqi menenangkan kegelisahan teman-temannya.
Ustaz Hamid, ayah Rifqi datang setelah diminta Rifqi untuk membantu mereka.
"Coba perhatikan ini!" Ustaz Hamid membuka sebuah Al Qur'an terjemah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَا لصّٰبِرِيْنَ عَلٰى مَاۤ اَصَا بَهُمْ وَا لْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِ ۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan sholat, dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 35)
"Jadi orang yang patuh dan tunduk kepada Allah adalah, saat jika diperdengarkan nama Allah hatinya bergetar. Mungkin seperti seorang yang sedang jatuh cinta, mendengar nama orang yang ditaksir saja hatinya langsung berdebar tidak seperti biasa. Atau setidaknya ada rasa klik, nyambung sama Allah. Bagaimana? Apa kalian sudah demikian?" Mereka berpandangan satu sama lain.
"Ciri selanjutnya adalah sabar atas segala sesuatu yang menimpa mereka. Artinya setiap ketentuan Allah harus dijalani dengan tabah dan tetap dalam aturan Allah. Misal diberi kesulitan ekonomi, ya, tetap bertahan dan berusaha makan makanan halal, menjauhi makanan yang haram. Baik haram secara zaty atau pun haram karena cara mendapatkannya. Karena ada banyak perilaku yang diharamkan Allah bisa mendatangkan uang. Berarti makanan yang dihasilkan dari uang haram hasilnya juga haram.
Juga sabar terhadap musibah. Sepedih apapun musibah, tetap diterima dengan ikhlas. Kalaupun keluar keluhan, bukan berarti boleh menyalahkan Allah. Tidak kalah pentingnya adalah tetap melaksanakan salat. Kapanpun di manapun. Jangan karena kesibukan, lalu meninggalkan salat. Jangan alasan capek mengerjakan tugas, terus melupakan salat. Nauzubillah. Bahkan meski sedang sakit, tetap tidak boleh meninggalkan salat."
"Kalau sakit parah sampai tidak bisa bangun, bagaimana, Ustaz? Misalkan sakit stroke," tanya Azzam dengan mimik wajah serius.
"Pertanyaan bagus. Allah tidak membebani hamba-Nya diluar batas kemampuannya. Bisa dicek surat Al Baqarah ayat terakhir. Jadi jika ada yang seperti itu, tetap wajib salat, tetap tak boleh meninggalkannya. Hanya saja dilakukan sesuai kemampuan. Jika ia mampu duduk, maka salat dengan duduk. Jika ia tak mampu duduk, ya, salat sambil berbaring. Wudu tetap dilakukan sebelum salat. Bisa dibantu keluarga yang sehat," jawab Ustaz Hamid panjang lebar.
"Oh, iya. Ciri ciri orang yang tunduk kepada Allah yang lain adalah menginfakkan sebagian rezeki yang telah Allah beri. Jadi tidak boleh pelit. Infak di sini ada dua macam,
- Infak wajib yaitu infak untuk keluarga, misal kepala keluarga menafkahi anak istrinya. Zakat termasuk dalam infak wajib.
- Infak mandub atau sunnah. Ini adalah segala macam sedekah selain yang wajib, tadi. Wallahu a'lam bish shawab.
Apa kalian sekarang sudah mengerti?" Ustaz Hamid memastikan penjelasannya bisa diterima oleh para remaja itu.
"InsyaAllah, paham, Ustaz," jawab mereka.
"Baiklah lanjutkan membikin tugas kalian. Saya melihat anak-anak di belakang." Ustaz Hamid pun meninggalkan mereka.
Rumah tahfid yang dikelola keluarga itu memang terletak di belakang rumah induk.
0 Komentar