Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

RIBA MERAJALELA


Oleh: Umi Rizkyi

Riba adalah hal yang tidak asing lagi kita dengar. Baik tinggal di kota bahkan di pelosok-pelosok desa. Semua orang tidak ada yang tidak mengenal riba. Sekalipun itu orang yang lahir di atas 50 tahun setelah ia dilahirkan.

Riba merajalela dari kalangan bawah hingga atas. Dari kaum petani, nelayan, pedagang, pembisnis, pejabat bahkan penguasa sekalipun. Mereka telah paham apa yang dimaksud dengan riba. Konsekuensi dari riba itu sendiri serta apa yang harus dilakukan setelah terjerumus dalam riba.

Hampir semua orang bergelut dan menggunakan riba. Beli mobil, motor, kulkas, TV, rumah, HP bahkan membeli bahan pokok pun dengan riba. Sungguh menjamurnya riba di seluruh kalangan masyarakat.

Pada saat ini, seakan-akan kalau tidak ambil riba tidak mengikuti tren, tidak modern, terbelakang dan ketinggalan zaman. Semua aktifitas manusia dari pedagang, petani, pejabat bahkan penguasa menikmati riba ini.

Banyak masyarakat yang terjebak dalam lingkaran riba ini. Berhutang riba untuk membeli rumah, motor, mobil, mesin cuci, kulkas dan lain-lain. Bahkan ada masyarakat biasa yang mengambil hutang riba demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Riba tidak hanya berada di kantor-kantor resmi saja. Namun sekarang pelaku riba masuk ke gang-gang kecil perumahan maupun pelosok desa untuk mencari nasabah. Merayu dengan segala kemudahan dan syarat yang ringan, sehingga mengambil pinjaman riba tersebut.

Akhir-akhir ini semakin marak pinjaman online. Dimana hanya kirim foto KTP dan KK saja sudah bisa mencairkan pinjaman riba itu. namun demikian tidak sedikit dari pengambil riba ini yang justru semakin terpuruk kehidupannya. Bukan menjadi solusi dalam kesempitan ekonominya, justru memperburuk segala aspek kehidupannya.

Berbagai kasus yang terjadi saat ini terjadi dikarenakan riba, teringat ayat cinta dari-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah[2]:275).

Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada gunanya Allah SWT memberikan aturan kepada manusia. Semua pasti ada hikmahnya. Telah jelas dari ayat tersebut bahwa riba adalah sebuah larangan dari Allah SWT. Hukum dalam Islam riba adalah haram.

Sedangkan Allah SWT menghalalkan jual beli. Berbagai aktifitas muamalah manusia sangatlah luas. Tidak ada alasan bagi manusia untuk melanggar aturan-Nya. Hanya satu kunci seseorang untuk senantiasa taat dan patuh terhadap aturan-Nya yaitu kembali kepada keimanannya. Allahuaklam bisowab.

Posting Komentar

0 Komentar