Oleh: Umi Rizkyi
Hidayah adalah suatu nikmat dari Allah SWT, untuk senantiasa berjalan dan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hidayah datangnya tidak serta-merta datang begitu saja. Namun, hidayah itu hendaknya dijemput.
Bagaimana seorang hamba-Nya layak untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT? Yaitu pada saat di mana seorang hamba-Nya berusaha untuk menjemput datangnya hidayah itu pada dirinya. Tidak peduli apa yang akan dikatakan oleh orang lain kepadanya, atau apa yang akan dilakukan orang kepadanya.
Dia sungguh-sungguh berusaha untuk menjemput hidayah itu. Tidak hanya berdiam dan berpangku tangan menunggu hidayah itu menghampiri dirinya.
Teringat pada sebuah kisah sahabat Rasulullah Saw, di mana sebelum ia mendapatkan hidayah yang ia jemput agar sampai pada dirinya. Sungguh teramat keras dan benci tiada Tara terhadap Islam dan Rosulullah.
Bahkan jika nanti ada orang yang mau disakiti bahkan dibunuhnya, orang pertama kali ialah Rosulullah Saw. Teramat bencinya ia terhadap Rasullullah dan ajaran yang dibawanya yaitu Islam.
Dengan berjalannya waktu, dan sedikit demi sedikit Islam ia rasakan. Maka pada saat itulah hatinya luluh lantah, dia kemudian menghadap Rasulullah, dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Sejak saat itu pulalah, ia menjadi orang pertama kali yang menjaga, melindungi dan membela Rosulullah Saw. Dia orang yang begitu keras dan tegas terhadap orang-orang yang membantah, menghina, menyakiti Rasullullah. Inilah sosok seorang sahabat Rasulullah, yang mana ketika di dunia selalu di samping beliau hingga wafatnya maupun ketika dimakamkan di samping beliau. Inilah kisah sahabat Rasulullah Saw yang bernama Umar bin Khattab.
Walaupun beliau seorang nabi sekaligus rosul, namun beliau hanya berkewajiban untuk menyampaikan dan mendakwahkan Islam kepada seluruh manusia. Namun masalah hidayah dan bergeraknya sebuah hati untuk menerima dan memeluk Islam adalah hak mutlak milik Allah SWT.
Meskipun Rasullullah, sangat amat begitu menyayangi seseorang itu namun hingga ajalnya tiba, ia tak jua beriman kepada Allah SWT. Tidak juga menerima dan memeluk Islam. Itulah kisah dari pamannya Rosulullah Saw. Hal itu membuktikan bahwa Allah lah Sang pemilik hati. Sang pemberi hidayah dan berkehendak. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِÙ†َّÙƒَ Ù„َا تَÙ‡ْدِÙŠْ Ù…َÙ†ْ اَØْبَبْتَ ÙˆَÙ„ٰÙƒِÙ†َّ اللّٰÙ‡َ ÙŠَÙ‡ْدِÙŠْ Ù…َÙ†ْ ÙŠَّØ´َاۤØ¡ُۚ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِÙŠْÙ†َ
"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS. Al-Qasas [28]: 56).
0 Komentar