Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)
Ustazah Fatimah melantunkan ayat itu dengan merdu indah didengar telinga.
"Harus dipahami bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah baju gamis ini. Karena Al Qur'an itu berbahasa Arab, maka dalam memahami kalimat-kalimatnya pun harus menggunakan kamus bahasa Arab. Sedangkan dalam Al Mukhith dijelaskan yang namanya jilbab adalah baju terusan yang panjang dan lebar seperti terowongan.
Di dalam baju gamis yang disebut jilbab itu harus mengenakan baju rumahan yang disebut mihnah. Mihnah ini bisa model macam-macam, daster, celana, baby doll, kaos dll. Bisa dipahami? Atau ada yang ingin ditanyakan?" Ustazah Fatimah memberi kesempatan kepada semua orang yang hadir untuk berdiskusi.
"Maaf, Ustazah. Saya mau tanya. Kita di Indonesia itu kan cuacanya cenderung panas. Lha, kalau pakaian harus rangkap begitu kan semakin sumuk. Nuwun sewa, lho, Ustazah." Ibu yang memakai kerudung kuning dengan baju lengan panjang dan celana hitam memberanikan diri menyampaikan pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
"Ibu, siapa namanya?"
"Saya Farida, Ustazah."
"Ya, Bu Farida. Dahulu semasa Nabi Adam turun ke bumi, beliau bingung mencari makanan. Sebab saat di surga semuanya telah tersedia. Nah, ketika di bumi harus mencari lebih dulu baru bisa dimakan. Suatu hari Nabi Adam mendapatkan seekor kelinci untuk dimakan. Tapi sayang daging kelinci itu terlalu keras jika dimakan mentah. Terbersit dalam pikirannya untuk membakar kelinci itu. Beliau teringat betapa panas ke neraka. mungkin jika memakai sedikit api neraka akan bisa melunakkan daging daging ini.
Selanjutnya beliau memohon kepada Allah agar diperkenankan malaikat membawakan sedikit api neraka untuk diantar ke bumi. Malaikat mengambil sebesar biji sawi yang ada dari neraka dengan izin Allah. Menurut anda bara sebesar biji sawi itu apa besar?"
"Tidak besar, Ustazah."
"Akan tetapi saat malaikat sampai di atmosfer langsung terjadi kebakaran besar. Banyak hutan terbakar saat itu. Melihat hal demikian malaikat segera mengambil yang sebesar biji sawi itu untuk dikembalikan ke neraka.,
Coba bayangkan betapa panasnya neraka itu sebesar biji sawi saja mampu menghanguskan hampir separuh bumi. Jadi seluruh panas yang ada di bumi ini hanyalah asap neraka. Lalu sepanas apa neraka itu? Daripada kita mendapat siksa di neraka, Bukankah lebih baik kita menahan semua di dunia sementara waktu?"
"Oh, begitu ya Ustazah. Terimakasih."
Seorang ibu yang duduk paling depan memakai kerudung merah, bajunya batik perpaduan warna merah dan hitam mengangkat tangan.
"Tanya, Ustazah. Nama saya Painem. Saya bekerja di pabrik. Perusahaan tempat saya bekerja melarang semua karyawan mengenakan kerudung. Apakah saya boleh tidak berkerudung saat bekerja?"
"Ibu Painem, semoga Allah merahmati panjenengan. Apakah saat jenengan bekerja di pabrik itu tak ada karyawan lelaki?"
"Ya pasti ada, Ustazah."
"Apakah aturan pabrik harus didahulukan daripada aturan yang menciptakan langit dan bumi?"
"Saya bingung, Ustazah. Kan saya bekerja agar dapat gaji. Lha, yang menggaji kan pemilik pabrik. Kalau saya tidak patuh, kawatir nanti dipecat."
"Kalau saya balik begini bagaimana jawabnya? Yang menciptakan kita siapa? Yang memberi hidup, sehat dan kekuatan siapa? Sejatinya yang memberi rezeki itu siapa? Lalu siapa yang paling berhak dipatuhi aturannya?"
"Jadi saya harus bagaimana, Ustazah?" Ibu Painem masih bingung juga.
"Jika saya boleh memberi saran, tetaplah menutup aurat saat bekerja. Jangan takut dipecat! Karena rezeki tidak hanya di pabrik. Akan banyak jalan rezeki ketika kita selalu taat kepada-Nya. Percayalah Allah yang akan membuka jalan rezeki. Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan?" Ustazah Fatimah menjawab dengan lembut dan menenangkan.
Tanya jawab dilanjutkan dengan peserta yang lain, kemudian diakhiri dengan doa penutup majlis bersama-sama.
0 Komentar