Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

NIKMAT ALLAH TAK AKAN BISA DIHITUNG


Oleh: Tini Ummu Faris

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 18)

Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa nikmat yang Allah berikan jumlahnya sangat banyak. Tak akan mampu kita menghitungnya. Nikmat terbesar dalam hidup kita diantaranya nikmat iman. Na'udzu billahi min dzalik bila posisi kita tanpa iman kepada Allah.

Nikmat yang tak kalah pentingnya yaitu nikmat sehat. MasyaAllah ini pun sangat mahal harganya. Baru terasa sehat mahal saat kita sedang diuji sakit. Sejatinya kala sehat hendaknya kita mengoptimalkan diri untuk beribadah kepada Allah, untuk menambah ketaatan kepada-Nya. Bukan malah sebaliknya, menyia-nyiakan waktu yang Allah beri. Karena waktu hanya sekali dan tidak akan bisa kembali. Janganlah sampai penyesalan yang terjadi. Na'udzu billahi min dzalik.

Saking banyaknya nikmat dari Allah, kadang kita lupa bersyukur. Padahal sejak kita bangun tidur hingga tidur lagi nikmat-Nya tidak terhitung. Nikmat bisa menikmati bangun tidur, di kala orang lain sulit tidur dan sulit bangun. Ya Allah...

Nikmat anggota tubuh yang Allah beri. Allah qadakan kita bisa mengedip, bisa bernapas, bisa merasakan detak jantung kita, bisa berjalan, bisa duduk, bisa berdiri, bisa melihat, mendengar, mengecap dan masih banyak lagi kenikmatan yang kita rasakan. Tidakkah kita menyadarinya bahwa kita bukanlah apa-apa. Tanpa-Nya kita tak bisa apa-apa.

Nikmat diberi-Nya rezeki, keturunan, harta benda, kekayaan, jabatan. MasyaAllah...

Sudah seberapa besar syukur kita kepada Allah? Sejatinya nikmat yang Allah beri menjadikan kita lebih taat kepada Allah, bukan sebaliknya. Takutlah kita bila menjadi orang yang kufur nikmat. Astagfirullah... Na'udzu billahi min dzalik. Seharusnya kenikmatan menjadikan kita lebih taat kepada Allah, bukan sebaliknya. Takutlah kita bila menjadi orang yang kufur nikmat. Astagfirullah... Na'udzu billahi min dzalik.

Wallahu a'lam bi ash shawab.

Posting Komentar

0 Komentar