
Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْÙ…ِ اللّٰÙ‡ِ الرَّØْÙ…ٰÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
bismillaahir-rohmaanir-rohiim
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 1)
Al-Hafiz ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui dua jalur. dari Ismail ibnu Iyasy, dari Ismail ibnu Yahya, dari Mis'ar, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya Isa ibnu Maryam a.s. diserahkan oleh ibunya kepada guru tulis untuk diajar menulis. Kemudian si guru berkata kepadanya, Tulislah.' Isa a.s. bertanya, 'Apa yang harus aku tulis?' Si guru menjawab, 'Bismillah." Isa bertanya kepadanya, 'Apakah arti bismillah itu?' Si guru menjawab, 'Aku tidak tahu.' Isa menjawab, 'Huruf ba artinya cahaya Allah, huruf sin artinya sinar-Nya. huruf mim artinya kerajaan-Nya, dan Allah adalah Tuhan semua yang dianggap tuhan. Ar-Rahman artinya Yang Maha Pemurah di dunia dan di akhirat, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Penyayang di akhirat' (Tafsir Ibnu Katsir).
Demikianlah arti Ar Rahman (Maha Pengasih), Allah mengasihi semua makhluk-Nya. Baik berupa semut, lalat, kecoa, rayap, burung, cicak, nyahmuk, hewan ternak, terlebih manusia. Sama halnya manusia itu beriman atau tidak. Allah mengasihi semuanya, memberi rezeki dan semua kebutuhannya. Oleh sebab itu, kaya atau miskin tidak ada hubungannya dengan seseorang itu beriman atau tidak. Beribadah atau maksiat semua memperoleh rezeki dari Allah.
Tidak jarang manusia berpikir bahwa dengan ia rajin beribadah, salat lima waktu bahkan tujuh waktu plus plus. Eh, banyak sekali tujuh waktu? Iya, ditambah Duha dan Tahajud. Plus plusnya apa? Plus salat sunah rawatib Qabliyah dan Ba'diyah, Duha pun minimal tiga kali salam. Demikian juga dengan Tahajud masih plus salat Hajad dan Witir. Masih ada plus lainnya misal rajin baca salawat, zikir, baca Al Qur'an. Dengan itu semua berharap agar Allah memberi rezeki yang banyak, usaha selalu untung dan semua urusan lancar. Seakan ibadah itulah yang melancarkan, seakan tanpa ibadah tidak akan diberi.
Tidak bisa dimungkiri jika syariat Allah adalah sumber solusi dari semua problematika. Kemudahan usaha, lancarnya semua urusan adalah pemberian Allah. Akan tetapi menurutku beribadah demi mendapat rezeki adalah cara berpikir yang keliru. Yang benar cara berpikir harus dibalik. Ini menurutku. Lalu bagaimana?
Begini, mari perhatikan!
Di dunia ini lebih banyak mana orang beriman atau tidak beriman? Lebih banyak mana yang taat atau maksiat? Lalu apakah yang tidak beriman dan yang maksiat tidak diberi rezeki? Tepat. Semua memperoleh rezeki, bisa makan dan bernapas dengan gratis.
Oleh sebab itu, beribadah tidak boleh dimaksudkan agar Allah memberi rezeki selayaknya karyawan yang bekerja pada perusahaan. Agar mendapat gaji harus bekerja lebih dulu. Sebaliknya tidak akan dapat bayaran jika tidak bekerja. Akan tetapi, beribadah harus di niat kan sebagai bentuk syukur hamba atas pemberian Allah, Sang Pencipta, Sang Maha Pengasih.
Allah telah menciptakan manusia, memberi kehidupan dengan seluruh perangkatnya. Saat seseorang diciptakan, telah dipersiapkan rahim yang kokoh dan semua kebutuhan janin dicukupi. Begitu babang bayi lahir telah disiapkan air susu ibu yang penuh gizi, memenuhi seluruh kebutuhan nutrisinya. Tidak hanya itu, kasih sayang untuknya pun disiapkan. Ibu, ayah, kakek, nenek dan semua orang di sekeliling dipenuhi rasa kasih untuknya. Semua orang senang melihat senyumannya. Bahkan ibu dan ayah tidak keberatan saat harus begadang demi memenuhi kebutuhannya, mengasihi atau mengganti pokoknya.
Masih banyak lagi perangkat yang disiapkan Allah bersama penciptaan seorang manusia. Oleh sebab itu, seyogyanya manusia beriman dan beribadah sebagai bentuk syukur bukan untuk menuntut pemberian.
Sedangkan Ar Rahim (Maha Penyayang), dalam hal ini hanya berlaku di akhirat yaitu bagi para penghuni surga. Ini artinya hanya akan diberikan kepada mereka yang beriman dan beramal salih, sesuai aturan Allah, menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan sejauh kemampuan yang ia miliki.
Aku merasa Maha Penyayang Allah terkadang juga diberikan kepada hamba-Nya saat masih di dunia. Mari kita perhatikan. Pada musim panas, paling nyaman adalah mengenakan pakaian yang tipis, agar mengurangi panas tubuh, mengurangi gerah yang pasti timbul. Sementara itu lihatlah kaum muslimah, kapan pun di mana pun, selama berada di tempat umum mereka senantiasa berpakaian yang menutupi seluruh anggota tubuh, mengenakan jilbab dan kerudung plus kaos kaki, meski cuaca panas terik dan harus melakukan banyak aktivitas.
Mereka bisa merasa nyaman dengan pakaian begitu, tentu disebabkan iman mereka, akidah mereka. Nah, bukankah rasa nyaman ini berarti mereka mendapat Ar Rahim Allah?
Wallahu a'lam bisa shawab
0 Komentar