
Oleh: Mutiara Aini
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ ۙ
likai laa ta`sau 'alaa maa faatakum wa laa tafrohuu bimaaa aataakum, wallohu laa yuhibbu kulla mukhtaaling fakhuur
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri," (QS. Al-Hadid 57: Ayat 23)
Pada ayat ini Allah swt menyatakan bahwa semua peristiwa itu ditetapkan sebelum terjadinya, agar manusia bersabar menerima cobaan Allah. Adakalanya cobaan itu berupa kesengsaraan dan malapetaka, kesenangan dan kegembiraan.
Oleh karena itu, janganlah terlalu bersedih hati menerima kesengsaraan dan malapetaka yang menimpa diri. Begitu juga jangan terlalu bersenang hati dan bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hati. Ayat ini melarang kaum Muslim bergembira dan bersedih hati dengan berlebih-lebihan.
'Ikrimah berkata, "Tidak ada seorang pun melainkan ia dalam keadaan sedih dan gembira, tetapi hendaklah ia menjadikan kegembiraan itu sebagai tanda bersyukur kepada Allah dan kesedihan itu sebagai tanda bersabar."
Sikap yang paling baik ialah sabar dalam menerima bencana dan malapetaka yang menimpa serta bersyukur kepada Allah atas setiap menerima nikmat yang dianugerahkan-Nya.
Dalam ayat ini ditegaskan pula bahwa orang yang terlalu bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hatinya dan terlalu bersedih hati menerima bencana yang menimpanya, merupakan orang yang pada dirinya terdapat tanda-tanda tabkhil dan angkuh, seolah-olah ia hanya memikirkan kepentingan dirinya saja.
Allah swt menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang memiliki sifat bakhil dan angkuh.
Wallahu àlam bisshowab
0 Komentar