
Oleh: Alfi Ummuarifah
Ayat ini adalah ayat tentang Nabi Ayyub saat beliau sakit yang sangat lama selama 18 tahun. Hartanya habis dan anak-anaknya pun tiada. Tinggallah dirinya dan istrinya saja saat itu.
Selama sakit itu, Nabi Ayyub tidak meminta sembuh. Dia sabar melakoninya selama 18 tahun. Mungkin jika kita yang sakit selama itu waktunya, kita tidak akan sabar. Kita pasti mengeluh. Padahal saat sakit itu sesungguhnya kita sedang mencicil dosa yang dilebur. Supaya saat berhadapan dengan Allah, dosanya tinggal sedikit. Jadi, pantaskah kita bersedih, putus asa dan marah pada Allah?
Jangan marah wahai sahabatku. Memang dunia ini adalah tempat ujian, kesedihan, sakit, sedih, kecewa dan merasakan pahitnya hidup. Di sini kita cuma melintas sejenak, tidak lebih dari 60 tahun jika usianya sampai. Waktu itu setara dengan hanya sepanjang setengah hari saja menurut pandangan para ulama.
Oleh karena itu, lalu Ayyub As berdoa kepada Allah dalam ayat 41 surat Shad. Dia tidak menyalahkan Allah atas sakit yang dideritanya. Dia hanya minta perlindungan dari syaithan agar jangan menggodanya saat sedang bersabar dalam sakitnya.
Lalu pada ayat 42, surat ini diturunkanlah "jalan kesembuhan dari Allah". Seketika Ayyub melakukannya, dan sembuh atas ijin Allah.
Ustadz Haris Mujahid (UHM) pendiri pengobatan PAZ Al-Kasaw (Pengobatan Akhir Zaman) menyebutkan bahwa beliau terinspirasi dari ayat ini saat menjadikan salah satu jurus untuk dijadikan obat bagi berbagai penyakit. UHM hanya terinspirasi dan bukan sedang menafsirkan ayat.
Beliau mengatakan, abaikan nama penyakitnya. Sebab semua penyakit itu terjadi karena tubuh yang kendor, kencang, melintir dan kombinasi ketiganya.
Selain surat Shod 42 ini, UHM terinspirasi pada surat Al mukminun ayat 14. Beliau menganggap semua yang berasal dari Al-Qur'an pasti benar. Jika dia salah, mungkin karena ilmu kita yang belum sampai. Maka teruslah belajar dan bermohonlah pada Allah saat menterapi pasien.
Marilah kita lihat ayat berikut, QS. Sad ayat 42:
اُرۡÙƒُضۡ بِرِجۡÙ„ِÙƒَ ۚ Ù‡ٰذَا Ù…ُغۡتَسَÙ„ٌ ۢ بَارِدٌ ÙˆَّØ´َرَابٌ
(Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum."
Menjawab doa Nabi Ayyub, Allah berfirman, “Hentakkanlah kakimu!” Dia pun menuruti perintah Tuhannya, lalu dari bawah telapak kakinya muncul sebuah mata air. Dikatakan kepadanya, “Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Minum dan mandilah dengan airnya, niscaya Allah akan menghilangkan penderitaan dan bencana darimu.”
Ayat ini menjelaskan bahwa karena ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Kemudian dari bumi itu memancar mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum dengan air itu. Seketika itu, Allah menyembuhkan penyakitnya seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.
Kemudian ia menghimpun kembali keluarganya yang telah terpencar, dan mereka akhirnya dapat menyebarkan keturunan yang banyak, sebagai rahmat Allah kepadanya dan kepada keturunannya.
Pada akhir ayat, Allah menegaskan bahwa ketaatan dan kesabaran Ayub itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia bahwa rahmat Allah itu dekat sekali pada orang-orang yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik.
Hal ini juga menjadi contoh bahwa setiap perjuangan itu meskipun pada mulanya terasa sangat melelahkan. Tetapi bila dilakukan dengan penuh ketabahan, niscaya segala kesulitan pasti dapat diatasi, dan kemenangan pasti dapat diraih.
Pengalaman berharga yang dapat dipetik dari kisah Ayub ini ialah bahwa seseorang tidak boleh berputus asa untuk mencari jalan ke luar dalam menghadapi rintangan.
Beliau akhirnya mendapatkan jalan untuk mengatasi rintangan itu, dengan memohon petunjuk kepada Allah agar diberi limpahan hidayahNya.
So, saat kita sakit pertama sekali mintalah pertolongan Allah. Istighfar dan mohon petunjuk. Lalu berikhtiar, berobat, dan membuang sampah tubuh dengan yang disyariatkan Allah. Jangan lupa mendekatkan diri lebih dekat padaNya.
Dia yang memberikan sakit, Dia pula yang menyembuhkannya. Apapun yang diperintahkan Allah, yakini saja. Jika logikanya belum terhubung, lakukan saja. Sebab itu adalah wahyu yang tidak pernah salah. Wallahu A'lam bisshowaab.
0 Komentar