Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

SEPUPU SHALIH FIR'AUN


Oleh: Alfi Ummuarifah

Apakah kalian mengetahui sahabatku, jika Fir'aun memiliki seorang sepupu yang shalih. Meskipun masih simpang siur persoalan namanya, namun dipercaya sepupunya ini salih, beriman dan sudah menasihati Fir'aun dan kaumnya.

Dia tidak tinggal diam. Selain Nabi Musa, ada seorang lelaki sepupunya dan Asiyah istrinya yang beriman pada Allah. Mengakui hanya Allah lah tuhannya. Bahkan Fir'aun hanyalah seorang Raja yang sombong serta berani mengaku jika dirinya adalah tuhan.

Demikianlah kisah ini diabadikan pada surat Ghafir ayat 28 dan 29. Demikianlah di balik Raja yang zalim masih ada seorang sepupu yang mengingatkannya.

QS. Ghafir ayat 28 kisah tentang sepupu Fir'aun itu:

وَقَالَ رَجُلٌ مُّؤۡمِنٌ ‌ۖ مِّنۡ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ يَكۡتُمُ اِيۡمَانَهٗۤ اَتَقۡتُلُوۡنَ رَجُلًا اَنۡ يَّقُوۡلَ رَبِّىَ اللّٰهُ وَقَدۡ جَآءَكُمۡ بِالۡبَيِّنٰتِ مِنۡ رَّبِّكُمۡ ؕ وَاِنۡ يَّكُ كَاذِبًا فَعَلَيۡهِ كَذِبُهٗ ؕ وَاِنۡ يَّكُ صَادِقًا يُّصِبۡكُمۡ بَعۡضُ الَّذِىۡ يَعِدُكُمۡ ۚ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهۡدِىۡ مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٌ كَذَّابٌ
Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir‘aun yang menyembunyikan imannya berkata, "Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, "Tuhanku adalah Allah," padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta.

Ayat ini tentang seseorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya di antara keluarga Fir‘aun, yang senantiasa menyembunyikan imannya di hadapan Fir’aun. Ia berkata, "Apakah kamu, wahai Fir’aun, akan membunuh seseorang hanya karena dia berkata, ‘Tuhanku yang aku sembah adalah Allah,’ padahal sungguh, dia telah datang menyampaikan kebenaran kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan sulit terbantahkan, dan itu dari Tuhanmu juga."

Orang yang beriman itu melanjutkan ucapannya, "Dan jika dia seorang pendosa, maka dia akan mendatangkan kerugian karena dialah yang akan menanggung dosa dustanya itu. Jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian, tidak seluruh bencana yang diancamkan kepadamu akan menimpamu.

Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk dan juga tidak menjadikan sebagai pembawa kebenaran kepada orang yang melampaui batas dan pendusta."

Para ulama tafsir meriwayatkan bahwa laki-laki beriman yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang Mesir dari keluarga Fir'aun. Namanya tidak jelas, tetapi Ibnu Katsir meriwayatkan dari Ibnu Abi hatim bahwa ia adalah anak paman Fir'aun yang beriman secara sembunyi-sembunyi kepada Nabi Musa. Tidak ada di antara keluarga Fir'aun yang beriman selain orang yang disebutkan dalam ayat ini dan istri Fir'aun sendiri bernama Asiah.

Laki-laki inilah yang menyampaikan kepada Nabi Musa tentang rencana jahat Fir'aun untuk membunuhnya. Demikian riwayat dari sumber Ibnu 'Abbas. Namun, al-Khazin, begitu juga an-Nasafi meriwayatkan dari sumber Ibnu 'Abbas juga bahwa laki-laki itu bernama Sam'an atau Habib.

Ada pula yang menyebutnya Kharbil atau Hazbil. Yang disepakati ulama hanyalah bahwa laki-laki itu adalah anak paman Fir'aun.

Laki-laki beriman itu menasihati Fir'aun dengan penuh kebijaksanaan, "Patutkah membunuh seseorang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah, sedangkan ia telah menyampaikan alasan-alasan dan bukti-bukti nyata tentang yang diimaninya."

Dia melanjutkan bahwa seandainya Nabi Musa berbohong, maka konsekuensi kebohongannya itu akan dipikul olehnya sendiri. Akan tetapi, bila Nabi Musa benar, sedangkan ia telah disiksa atau dibunuh, maka sebagian yang diancamkan kepada orang yang menyiksa atau membunuh itu akan diterima di dunia ini juga, dan di akhirat ia akan masuk neraka.

Ia kemudian menegaskan bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang yang berbuat semena-semena dan berdusta. Artinya, Nabi Musa beriman dan membawa bukti-bukti imannya, sedangkan yang semena-mena dan dusta adalah Fir'aun.

Oleh karena itu, yang tidak akan memperoleh petunjuk adalah Fir'aun. Karena dia tidak mau mengambilnya. Dia tidak memperoleh petunjuk. Karena dia yang tidak ingin, berarti akan sengsara di dunia dan di akhirat akan masuk neraka.

Dalam QS. Ghafir ayat 29 disebutkan juga:

يٰقَوۡمِ لَـكُمُ الۡمُلۡكُ الۡيَوۡمَ ظٰهِرِيۡنَ فِى الۡاَرۡضِ فَمَنۡ يَّنۡصُرُنَا مِنۡۢ بَاۡسِ اللّٰهِ اِنۡ جَآءَنَا ؕ قَالَ فِرۡعَوۡنُ مَاۤ اُرِيۡكُمۡ اِلَّا مَاۤ اَرٰى وَمَاۤ اَهۡدِيۡكُمۡ اِلَّا سَبِيۡلَ الرَّشَادِ‏
Wahai kaumku! Pada hari ini kerajaan ada padamu dengan berkuasa di bumi, tetapi siapa yang akan menolong kita dari azab Allah jika (azab itu) menimpa kita?" Fir‘aun berkata, "Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang aku pandang baik; dan aku hanya menunjukkan kepadamu jalan yang benar."

"Wahai kaumku! Pada hari ini kerajaan ada pada genggaman-mu yang dengan kerajaan itu kamu berkuasa di bumi, tetapi bagaimana kalau yang disampaikan oleh Musa itu benar, maka siapa yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Mendengar ucapan seorang mukmin itu, Fir‘aun berusaha meyakinkan kaumnya dengan berkata, "Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang menurutku aku pandang baik; dan aku berdasarkan pandanganku itu hanya semata-mata ingin menunjukkan kepadamu jalan yang benar dan lurus."

Selanjutnya laki-laki beriman itu menasihati kaumnya, rakyat Mesir bahwa mereka telah diberi nikmat yang besar oleh Allah. Mesir telah merupakan kerajaan besar yang disegani dan berpengaruh. Oleh karena itu, nikmat itu harus dipelihara dengan beriman kepada Allah, dan bila mereka juga kafir, maka dikhawatirkan kebesaran itu akan runtuh dan mereka akan menderita. "Siapakah yang akan menolong kita bila bencana itu datang?" katanya.

Demikianlah nasihat laki-laki beriman itu kepada Fir'aun dan kaumnya. Tetapi nasihat itu tidak diterima Fir'aun. Ia menyatakan bahwa apa yang dikatakannya itulah yang harus diterima dan dilaksanakan, dan apa yang disampaikan dan diperintahkannya itulah yang baik dan benar. Dengan demikian, Fir'aun memaksakan kehendaknya dan lagi-lagi bertindak sewenang-wenang.

Jawaban Fir'aun itu sesungguhnya tidak benar, karena dalam hati sanubarinya, sebenarnya ia membenarkan apa yang disampaikan Nabi Musa. Ucapannya itu sesungguhnya hanya didorong oleh kezaliman dan kesombongannya sebagaimana dinyatakan ayat berikut:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.(An-Naml: 14)

Apa yang dikatakan Fir'aun bahwa yang diperintahkannya kepada kaumnya adalah baik, sehingga Nabi Musa harus tetap dibunuh, juga jauh dari kebenaran. Hal itu karena tidaklah benar dengan membunuh seseorang persoalan akan selesai, apalagi yang dibunuh itu seorang rasul Allah.

Tindakan itu justru sesat dan menyesatkan, sebagaimana dinyatakan ayat berikut:

وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَىٰ
Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79).

Namun demikian, para pengikut Fir'aun menerima dan mematuhi perintahnya sekalipun salah, sebagaimana diungkapkan ayat berikut:

إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ ۖ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ
Kepada Fir'aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka mengikuti perintah Fir'aun, padahal perintah Fir'aun bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97)

Tindakan Fir'aun membohongi rakyatnya dan memaksa mereka mengikuti perintahnya, serta menghasut mereka untuk mendustai rasul Allah, menjadi pelajaran bagi para pemimpin. Pemimpin yang ingin menghalangi dan menjauhkan masyarakat dari ajaran-ajaran agama mereka boleh jadi akan mengalami nasib yang sama dengan Fir'aun.

Dalam hal ini Rasulullah memberi nasihat, diantaranya "Tiadalah mati imam (seorang pemimpin), di mana pada hari kematiannya itu ia telah menipu rakyatnya, melainkan ia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya keharuman surga itu bisa tercium dari jarak lima ratus tahun perjalanan." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Cukuplah ini menjadi renungan bagi setiap penguasa atau pemimpin. Maukah mereka meraih syurga atau masuk ke dalam neraka?

Jadilah sebagaimana sepupu sholihnya Fir'aun itu meskipun mereka terancam jiwanya di hadapan penguasa itu.

Wallahu A'lam bisshowaab

Posting Komentar

0 Komentar