Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

TENTANG BALASAN KEBAIKAN


Oleh: Tini Ummu Faris

Sahabat, saat kita belanja di sebuah pusat perbelanjaan, kemudian melihat produk yang di sana tertera, beli satu dapat dua, atau beli tiga gratis satu, atau ada diskon besar-besaran hingga 80%, atau bahkan diskon 80%+25%, apa yang ada di benak kita? Biasa-biasa saja? Tertarik dan ingin beli? Tertarik beli banyak? Manusiawi, karena manusia memiliki gharizah baqa (naluri ingin memiliki sesuatu). Bila produknya bagus dan diperlukan, kadang orang langsung ngeborong alias beli banyak. Kalau produk yang ditawarkannya bukan produk yang disukai, bukan produk yang diperlukan, tentu akan berpikir ulang untuk membelinya. Ini tentang produk diskon atau ada bonusnya ya...

Sahabat, apa yang ada di benak kita saat membaca ayat ini:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
"Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)." (QS. Al-An'am: 160)

Biasa-biasa sajakah? Atau ada hal lain yang akhirnya memicu untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan? Betapa Maha Pemurahnya Allah. Dia melipatgandakan pahala kebaikan. Janji-Nya dalam ayat tersebut bahwa barangsiapa berbuat kebaikan maka akan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. MasyaAllah.... Bila ditelaah, ternyata investasi pahala itu mudah ya sahabat! Kalau mau hitung-hitungan matematika, kita akan sangat tertarik untuk berbuat kebaikan. Tentu Allah berjanji melalui ayat ini bukan sekadar janji, namun agar manusia semakin tertarik untuk beramal saleh. Karena sebenarnya, aktivitas manusia memang seharusnya dipenuhi dengan amal saleh.

Dalam ayat tersebut juga Allah sampaikan bahwa barangsiapa yang berbuat kejahatan akan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). Dalam hal ini Allah tidak melipatgandakan balasan kejahatan, bukan berarti seseorang akhirnya merasa aman saat berbuat salah. Bagaimanapun sebuah kejahatan merupakan kemaksiatan atau dosa kepada Allah. Jangan lihat kecil atau sedikitnya kesalahan atau kejahatan, yang harus kita pahami bahwa kita tidak boleh berbuat maksiat.

Benar, lebih jauh lagi sebenarnya Allah telah menyediakan tempat yang setimpal sebagai balasan atas segala amal manusia. Ada surga dan neraka. Surga hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang beriman saja dan beramal saleh. Neraka tempat abadi orang-orang kafir dan yang berbuat salah. Kita pun tentu memahami bahwa kelak kita hanya ingin di surga bukan! Hanya orang yang tidak waras yang mengatakan dia tidak mengapa kelak tinggal di neraka juga. Astagfirullah... Jangan sampai kita termasuk kategori yang kufur nikmat. Bersyukur kita walaupun kebanyakan awalnya kita berislam karena warisan dari kedua orang tua, namun kita tinggal melanjutkan aktivitas kita sebagai muslim. Sebagai muslim sejatinya harus menaati-Nya. Apa yang Allah perintahkan laksanakanlah dan apa yang Allah larang tinggalkanlah.

Seandainya setiap orang memahami ayat ini dengan sebaik-baiknya, tentu dia akan berburu kebaikan. Dia tidak akan menunda kebaikan yang ada di depannya. Karena dia tahu bila ditunda belum tentu dia bisa atau tidak. Sehingga Allah mengharuskan kita untuk berfastabiqul khairat.

Terlebih lagi saat orang memahami bahwa hidup di dunia hanya sebentar saja karena ada kematian yang akan menghampiri kita. Akan ada kampung akhirat tujuan kita. Sehingga sejatinya kita harus bersegera dalam beramal, jangan sampai menunda-nunda.

Sahabat, di hari biasa, Allah balas satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan. Nah, apalagi di bulan Ramadan. MasyaAllah... Allah lipatgandakan dengan sebanyak-banyaknya. Dalam sebuah hadis Nabi Saw. bersabda,

"Dalam bulan biasa, pahala setiap kebajikan dilipatgandakan 10 kali lipat, namun dalam bulan Ramadhan pahala amalan wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan amalan yang sunah disamakan dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan." (HR Muslim)

Hayo.... Tertarik atau tidak tertarik?

Yuk, berfastabiqul khairat!

Wallahu a'lam bi ash shawab

Posting Komentar

0 Komentar