
Oleh: Yuyun Rumiwati
Allah sang pencipta jagad raya beserta isinya, sangat menghargai nyawa seorang mukmin. Terlebih saat nyawanya melayang tanpa hak (kesalahan yang dibenarkan Syara').
Ù„َزَÙˆَالُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø£َÙ‡ْÙˆَÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َتْÙ„ِ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ٍ بِغَÙŠْرِ ØَÙ‚ٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Perih begitulah gambaran saat nyawa umat kanjeng nabi melayang terzalimi.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di luar negeri. Pun tidak terjadi di negeri dengan muslim minoritas. Bahkan, di negeri Islam yang jumlah penduduknya banyak muslim pun, kezaliman menimpa umat Islam kerap terjadi.
Kabar terbaru kabar Duk menyelimuti negeri ini, dengan wafatnya Dokter Subardi ditembak Densus 88 (CNN Indonesia, 11/3/2022).
Politikus Fadhli Zon sangat menyayangkan keadilan dan peradaban serta kemanusiaan seakan hilang, justru yang ada adalah kebiadaban dan ketidakadilan.
Sungguh ironi kondisi ini, di negeri Indonesia yang konon terkenal dengan penduduknya ramah, menghargai perbedaan, toleransi, penuh kedamaian, ternyata jauh panggang dari pada api. Justru nyawa warganya begitu mudah melayang. Atas nama terorisme lagi-lagi nyawa melayang dengan mudah. Sebuah pertanyaan besar ada apa dibalik gencarnya isu radikalisme dan terorisme di akhir-akhir ini?
Benarkah masalah besar negeri ini adalah radikalisme dan terorisme? Atau justru ini masalah yang sengaja dibesar-besarkan untuk menutupi masalah besar yang sesungguhnya?
Betapa angka korupsi masih tinggi. Kelangkaan bahan pangan minyak di negeri kaya pun masih belum berhenti. Politik wacana penundaan pemilu yang telah mencederai demokrasi yang diagung-agungkan selama ini pun masih memanaskan jagad perpolitikan negeri ini. Namun, tiba-tiba muncul isu terorisme yang dimunculkan.
Sistem Rusak yang Dipertahankan
Siatem kapitalisme sekularisme telah banyak merusak peradaban manusia maupun lingkungan. Nyawa manusia tiada lagi berharga. Materi, kekuasaannya justru dipuja dan dipertahankan dengan segala macam cara.
Adab, keadilan dan kemanusiaan dan rasa malu hampir tiada, tergatikan nafsu memalak rakyat dengan berbagai alasan pun dicari-carinya.
Islam Menghargai Jiwa Manusia
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna, sangat menjaga darah, jiwa dan kehormatan manusia. Karenanya, sanksi tegas akan diberikan kepada orang-orang yang menghilangkan nyawa tanpa alasan syar'i.
Dalam Islam pun, dilarang negara melakukan tajassus atau menata-matai. Maka tidak heran bahwa hubungan negara adalah menjamin ketenangan warganya. Penguasa bertanggungjawab penuh pada keselamatan warga negara.
Tentu hal ini berbeda dengan sistem demokrasi. Dimana kekuasaan memiliki peluang untuk berbuat tidak adil pada pihak yang lemah. Akhirnya teori manis demokrasi hanya ilusi. Faktanya bukan hukum yang dijunjung tinggi tapi kekuasaan tirani yang lebih banyak terjadi.
Sudah saatnya dunia kembali diatur dengan aturan ilahi. Jika tidak, akankah kita menunggu ribuan nyawa melayang tanpa daya untuk bersaksi di hadapan hakim? Dengan apa kita akan menjawab di hadapan pengadilan ilahi atas diamnya kita dengan sistem yang penuh kezaliman ini? Allahu a'lam bi shawab.
0 Komentar