Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MASJID DAN SYIAR ISLAM


Oleh: Ramsa

Muslim yang baik akan berusaha mengunjungi masjid setiap hari. Kedekatan hatinya dengan masjid menjadi salah satu tanda keimanan yang kokoh di hatinya. Hatinya akan bersyukur dan bahagia mendengar suara indah yang mengingatkan setiap waktu salat datang.

Masjid merupakan tempat yang paling banyak membawa keteduhan bagi siapa yang rajin mengunjunginya dengan harapan dan niat mencari ridho Allah. Masjid yang ideal akan dilengkapi berbagai fasilitas demi kenyamanan pengunjungnya. Mulai dari tempat salat yang representatif, kamar mandi yang memadai, ruang baca atau perpustakaan, ada teras atau tempat istirahat, juga lemari alat shalat. Tak lupa tempat parkir yang luas dan nyaman.

Hal penting lainnya adalah kelengkapan salat, ada imam dan makmum setiap waktu salat, ada marbot dan cleaning service yang siap sedia menjaga kebersihannya. Fungsi utama keberadaan masjid adalah tempat ibadah dan syiar islam atau tempat mengkaji ilmu islam. Sebagaimana di masa awal Rasulullah membangun masjid di Madinah.

Karena fungsinya sebagai tempat ibadah dan syiar atau publikasi ajaran islam maka adanya sarana atau alat pengeras suara sangat dibutuhkan. Terlebih suatu masjid yang berada di pemukiman yang jarak perumahannya agak berjauhan. Pengeras suara adalah alat bantu memanggil warga dan mengingatkan masuknya waktu shalat. Atau saat ada pengajian maka pengeras suara atau toa sangat dibutuhkan untuk mengingatkan dan memanggil jamaah segera ke masjid.


Syiar dari Masjid

Kalau kita perhatikan beberapa tahun terakhir ini, sejak mewabahnya corona yang kabarnya hadir dari negeri aseng, banyak dampaknya terhadap kegiatan dan syiar si masjid. Mulai dari larangan salat jama'ah, shaf harus dijarangkan, padahal Rasulullah memberi contoh shaf itu rapat. Bahkan masjid di tutup total dengan alasan corona. Anehnya perlakuannya tidak sama dengan tempat ibadah agama lain. Apa karena corona hanya menyasar umat Islam? Rasanya tidak juga.

Ada lagi kabar tentang pengaturan suara toa di masjid, hingga mengeluarkan kata-kata kiasan atau pemisalan suara azan dengan gonggongan anjing. MasyaAllah, kenapa sampai begitu buruknya pemisalan yang dilontarkan, sedihnya hati kami umat Islam. Semakin hari semakin banyak syiar Islam dipermasalahkan. Tapi urusan dan masalah bangsa yang lebih besar tidak diselesaikan. Ah, rasanya begitu banyak masalah kurang penting yang jadi bahasan, namun urusan korupsi yang menggurita tidak berani lantang. Urusan wabah corona yang tak jua sirna kenapa enggan dituntaskan. Aduhai negeriku sayang. Wahai pemimpin yang kami hormati berilah rakyat kebijakan dan keteladanan dalam kebaikan dan ketaatan.

Masjid merupakan rumah ibadah, sarana belajar dan mengajar, tempat mengkader pemimpin bermental kuat. Siap mendakwahkan islam. Dari masjid banyak lahir ulama dan Kiyai. Alat pengeras suara mestilah jadi sarana mengajak kebaikan pula. Tidak perlu dianggap masalah. Karena masalah besar dan lebih butuh perhatian sangat banyak.

Mari berpikir bijak, sejak dipakainya toa di masjid-masjid sampai saat ini dengan berbagai variasi alat pengeras suara belum ada yang merasa dirugikan. Bahkan di pemukiman heterogen atau banyak non muslim sekalipun. Jadi wajar jika banyak pihak yang menyayangkan pernyataan seorang menteri tentang pengaturan toa masjid.

Salah satunya datang dari tokoh masyarakat Minangkabau yaitu Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Sumatra Barat (LKAAM Sumbar) periode 2021–2026, Fauzi Bahar beliau mengkritik komentar Menag Yaqut.

Fauzi menyebut, pernyataan itu sangat tidak bisa diterima oleh masyarakat Minangkabau, yang dikenal selalu menjaga nilai-nilai keislaman.

"Dari pernyataan Bapak Menteri Agama yang melukai hati masyarakat Minangkabau ini, menyamakan tentang suara gonggongan anjing itu, ini telah menyalahgunakan wewenang yang diberikan oleh Bapak Presiden", ucap eks wali kota Padang dua periode itu dalam video di Kota Padang dikutip di Jakarta, Jumat ( Republika 25/2/2022).

Semoga kalimat yang terucap dari lisan Pak Menteri hanyalah salah ucap atau kepeleset lidah. Karena sebagai muslim patut diingat semua kata, ucapan atau perbuatan akan diminta pertanggungjawaban di sisi Allah kelak di hari kiamat. Tidak akan ada yang tersembunyi walau sekecil biji sawi.

Mari sama-sama kita membaca, menelaah dan memahami seruan cinta dari Allah SWT yang begitu indah mengingatkan setiap muslim agar memakmurkan masjid. Tidak menghalangi orang-orang memasuki masjid. Karena masjid itu ada untuk mensyiarkn ajaran islam. Allah berpesan dalam surat al Baqarah berikut ini:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُۥ وَسَعٰى فِى خَرَابِهَآ ۚ أُولٰٓئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَآ إِلَّا خَآئِفِينَ ۚ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْىٌ وَلَهُمْ فِى الْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: Dan siapakah yang lebih aniaya (zalim) daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat (QS. Al Baqarah : 114)

Mari jaga masjid kita, makmurkan dengan salat, tilawah, kajian islam dan segala bentuk kebaikan sesuai perintah Allah. Jika masjid tetap difungsikan sebagaimana yang Rasulullah contohkan, dari urusan salat, urusan fakir miskin, urusan negara hingga jihad, niscaya masjid akan mampu memberi kekuatan dan dukungan tegaknya kembali aturan Allah di bumi Allah tercinta. Muslim sejati rajin salat, cinta ulama, rajin ke masjid dan salat berjama'ah.

Posting Komentar

0 Komentar