
Oleh: Yati Azim
Ketika kita ingin melakukan sebuah perjalanan, maka yang pertama kita harus memastikan peta dan arah jalan yang akan di tuju. Apalagi jika seandainya kita masih belum pernah melakukan sebuah perjalanan ke tempat tersebut, tentunya segala informasi sudah kita kantongi.
Inilah pentingnya sebuah petunjuk, agar kita tidak tersesat. Salah arah. Salah jalan. Mungkin bisa saja kita sampai, tapi bisa jadi selama perjalanan akan mengalami kesulitan akibat tidak jelas informasi tentang kemana arah yang di tuju. Maka tak heran di era digitalisasi, map itu sangat laris digunakan.
Pun begitu ketika kita menyusuri perjalanan hidup ini. Jika kita tak mengantongi petunjuk kehidupan maka kita sudah pasti akan kesulitan harus memilih jalan apa yang akan dilalui. Apakah jalan yang sudah Allah SWT berikan petanya dalam Al-Qur'an atau kita justru membuat jalan sendiri.
Sebab, Allah SWT sudah sampaikan jika Allah SWT sudah menetapkan dua jalan. Yaitu jalan iman dan ingkar. Jalan baik dan buruk. Jalan ke surga dan neraka. Ketika, kita salah memilih maka bisa jadi kita tak sampai pada tujuan.
Sejatinya semua dari kita ingin selamat dan sampai hingga ke surga. Maka, dari sinilah kenapa kita harus mengenal petanya. Petunjuk-Nya!
Kasih sayang Allah SWT kepada kita begitu banyak. Salah satunya adanya akal yang diciptakan. Akal ini memiliki qadar yang khas, yaitu bisa menimbang-nimbang atau memilih tentang baik atau buruk. Benar dan salah. Iman dan ingkar.
Maka, meskipun kita tau perbuatan baik itu adalah baik. Tapi tersebab, tak punya ilmu dan petunjuk maka bisa saja kita tak peduli urusan baik atau buruk ini. Seperti al-Qur'an sudah sampaikan, zina adalah buruk eh masih ada saja yang senang melakukannya. Riba adalah buruk eh masih saja melakukan transaksi riba. Dan masih banyak lagi petunjuk yang ada di dalam al-Qur'an arahnya telah sangat jelas bisa kita pahami.
Ketika kita paham dengan pentingnya petunjuk. Maka, di tengah kehidupan hedonis ini bisa saja kita terjebak virus maksiat. Tentu, kita sangat takut dan hati-hati. Maka, seseorang yang tetap ingin di jalan iman lisannya tak henti melafalkan kalam-kalam Illahi. Agar tetap teguh hingga hidup tak salah arah. Tak salah jalan.
اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus," (QS. al-Fatihah Ayat 6)
0 Komentar