
Oleh: Yuliati Sugiono
Hajatul udhuwiyah, kebutuhan jasmani atau kebutuhan fisik. Allah menciptakan manusia dan menyempurnakan khasiatnya.
Manusia adalah materi. Kemudian ditiupkan ruh atau sirul hayah yang tidak bisa kita lihat, hanya penampakannya saja yang terlihat seperti bergerak, berkembang biak, bertumbuh dsb.
Berbicara tentang hajatul udhuwiyah berarti berbicara tentang materi. Tubuh manusia yang bisa disentuh, terdiri dari jaringan yang banyak lebih dari 200 milyar sel. Setiap sel terdiri dari dinding sel dimana ada inti sel di dalamnya. Ada kromosom berjumlah 46. Susunan tubuh manusia tidak berbeda dari orang satu dengan lainnya.
Semua mengandung sel yang sama meskipun makanannya berbeda. Kebutuhan jasmani menuntut pemuasan. Tubuh butuh istirahat, tidur, suhu tertentu, tekanan udara tertentu, makanan, minuman, bernafas, buang air.
Kebutuhan jasmani ini kalau tidak tercukupi maka manusia terancam mati. Maka jika kurang minum air maka tubuh mengirim sinyal sehingga manusia akan mencari air untuk minum. Apabila dalam tubuhnya habis airnya maka tubuhnya terancam rusak. Demikian juga dengan semua kebutuhan.
Kadang-kadang tubuh itu membuang kotoran-kotoran dari tubuhnya seperti keringat, dan kotoran manusia. Kita bisa melihat hajatul udhuwiyah, Allah juga menyinggung di dalam Al-Quran. Tidaklah Muhammad ini manusia biasa, dia makan sebagaimana manusia lain makan.
Kalau orang itu sangat kelaparan maka dia boleh memakan apa saja karena terancam mati. Ini dilakukan untuk mempertahankan hidup.
Demikian juga Umar bin Khattab tidak memotong tangan pencuri ketika paceklik, karena untuk bertahan hidup.
Persamaan antara gharizah dan hajatul udhuwiyah adalah keduanya merupakan khasiat yang fitrah yang ada pada manusia. Tak ada seorangpun yang mampu menghilangkan khasiat ini kecuali seijin Allah.
Perbedaan antara gharizah dan hajatul udhuwiyah adalah jika hajatul udhuwiyah tidak dipenuhi maka manusia akan mati. Adapun gharizah pemenuhannya tidak pasti atau tidak mengakibatkan kematian tapi hanya menderita, sengsara. Jika manusia tidak punya anak maka tidak terpenuhi gharizah nau'nya. Meski sudah berhubungan jinsi tetap tidak tenang.
Hajatul udhuwiyah bangkitnya dari dalam. Karena anggota tubuhnya membutuhkan makanan. Organ-organ tubuh juga butuh tidur. Bagaimana manusia bisa merasakan tubuhnya kekurangan, misalnya kurang air maka pengaruh ini dikirim ke otak dimana otak itu mengikat dengan ihsas, jadi manusia terdorong untuk memenuhinya.
Adapun gharizah bangkit dari rangsangan luar. Manusia melihat mayat terdorong untuk berpikir. Kadang-kadang gharizah itu dibangkitkan dengan memikirkan sesuatu, berpikir tentang orang, membayangkan wanita cantik, harta banyak, maka dia akan bangkit.
Hubungan hajatul udhuwiyah dan gharizah adalah untuk melayani kepentingan eksistensi manusia untuk melakukan fungsi-fungsinya dengan baik.
Sehingga ketika terlihat makanan enak bisa merangsangnya untuk makan. Maka ini masuk gharizah baqo. Atau ingin makan karena ada informasi sebelumnya bahwa sate maranggi itu enak. Maka ini madzhar gharizah.
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al A'raf : 31)
Bila rangsangan ini datang dari dalam tubuh, maka ini masuk hajatul udhuwiyah. Bila rangsangannya dari luar masuk gharizah karena sejatinya tubuh tidak lapar.
Hajatul udhuwiyah ada pada manusia dan hewan. Makanan yang bisa memuaskan manusia kadang tidak bisa memuaskan hewan, tergantung kondisi.
Gharizah juga ada pada hewan, termasuk gharizah tadayun.
Pada hewan tidak ada penampakan gharizah tadayun karena kita tidak tahu. Tapi ada pada dalil naqli yang Allah memberitahu pada kita bahwa hewan bertasbih. Apakah engkau tidak tahu bahwa semua makhluk yang di langit dan di bumi bertasbih dan salat. Maka ini penampakan gharizah tadayun yang Allah kabarkan pada kita tanpa kita melihat seperti apa.
Al idrak/berpikir juga termasuk potensi manusia.
Al Idrak, Al Aqlu dan Al Fikr itu sama, hasil dari khasiat otak yang mengikat maklumat. Menafsirkan fakta, memindahkan penginderaan ke otak. Manusia yang tidak berpikir kedudukannya seperti binatang bahkan lebih rendah.Otak adalah materi yang ada di kepala disambungkan dengan saraf yang banyak ke seluruh tubuh. Jaringan saraf ini panjang tersebar ke seluruh tubuh, panjangnya bila diukur mendekati 100.000 mil. Otak menghabiskan oksigen 25% dari seluruh tubuh. Otak salah satu bagian untuk berpikir.Para ulama belum menemukan di wilayah yang mana di otak itu yang menyimpan informasi. Para ulama telah menemukan isi otaknya hilang separuh tapi tidak menjadikan mereka hilang ingatan. Otak bisa menyimpan informasi 90 juta jilid buku. Ini merupakan dalil tentang kekuasaan Allah yang terdapat pada manusia.
Adapun fakta ada yang sifatnya fisik.
Suara angin, suara pesawat, bau harum mawar bisa diketahui dari pengaruh/atsar.Segala sesuatu yang bisa dipikirkan kadang-kadang keberadaannya bisa disentuh. Kadang-kadang bisa di indra tapi tidak bisa disentuh. Ada juga tidak bisa diindra dan tidak bisa disentuh.Sinar cahaya yang dipantulkan dari benda-benda yang ada sampai ke retina, maka retina ini menyampaikan ke saraf penglihatan dengan cara gelombang listrik otak bagian belakang. Ketika itulah manusia melihat tapi belum bisa menghukumi kecuali ada maklumat tsabiqoh yang tersimpan di otak.
Penglihatan dengan mata biasa tidak bisa melihat bakteri, atom, artinya mata itu terbatas.
Indra yang terpenting adalah pendengaran, baru penglihatan.
Maka dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa keimanan yang kokoh harus berdasarkan pemikiran karena melihat pengaruh-Nya lewat ciptaan-Nya.
0 Komentar