
Oleh: Yuyun Rumiwati
Sungguh Allah Maha adil maka hendaklah orang-orang mukmin pun bisa mengambil ibrah dari sifat baik Allah.
Adil berarti menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya (sesuai yang diatur syariat). Karenanya adil ini tidak bisa dikembalikan kepada penilaian subjektif masing-masing orang.
Kecenderungan manusia saat diuji untuk memutuskan perkara dengan adil akan lebih condong kepada pihak keluarga, kerabat, teman dekat. Rasa kasihan, tidak enak dan berbagai ujian perasaan menggoda.
Bagaimana saat kondisi ini terjadi? Sejenak kita ingat bagaimana saat Rasullah bersabda yang intinya jika Fathimah putri Rasulullah mencuri maka akan aku potong tangannya.
Keadilan ini tentu bukan hal mudah dilakukan. Butuh kekuatan iman, pemahaman dan kedalam memandang tiap fakta.
Kondisi ini pun mengingatkan kita pada sosok Mus'ab Bun Jabal sahabat yang ahli dalam ijtihad.
Lalu, bagaimana saat kita kaitan dengan kondisi sekarang?
Sungguh kondisi dalan cengkraman kapitalisme global terkhusus di akhir-akhir ini. Bagaimana hak-hak umat terus terzalimi. Ini artinya keadilan pnguasa di negeri-negeri Islam masih jauh dari keadilan. Termasuk negeri Indonesia.
Bagaimana hak-hak umat untuk diriayah dalam berbagai hal banyak terabaikan. Mulai dari penjagaan akidah umat yang rawan tergadaikan. Tengoklah bagaimana kasus nikah beda agama yang berpeluang pada degradasi keimanan pun terjadi.
Hal untuk mendapatkan kehidupan yang layak dengan kesempatan kerja yang mudah bagi laki-laki untuk mencari nafkah pun jauh dari kata terpenuhi. Hajat dan kebutuhan publik kesehatan, pendidikan, keamanan dan lainnya sangat jauh dari keadilan yang mereka dapat.
Jika dirunut induk dari kezaliman dan minimnya keadilan adalah diterapkannya sistem demokrasi kapitalisme.
Sistem yang laihir dari asas fasludin Anil hayah (pemisahan agama dari kehidupan). Jadilah sistem ini tercipta untuk memenuhi sebagian kecil para pemilik modal. Maka tak heran jika undang-undang yang dibuat cenderung memihak pada kalangan pemilik modal dari pada rakyat.
Semoboyan pemerintah dari rakyat oleh rakyat, untuk rakyat hanya ilusi. Karena sepanjang diberlakukannya ideologi ini dengan berbagai model kepemimpinan, tidak pernah memihak rakyat. Yang ada justru rakyat dijadikan stempel untuk memuluskan kepentingan segelintir orang.
Inilah kejamnya demokrasi. Kebijakan mengatasnamakan rakyat padahal faktanya menyensarakan rakyat banyak.
Sistem Islam Solusi Mewujudkan Keadilan
Islam sebagai diin yang syamil dan kamil yang berasal dari Allah sang maha adil. Maka aturan Islam pun sesuai fitrah manusia.
Islam telah menempatkan segala aturannya dengan prisip keadilan. Maka jika ada beberapa perbedaan peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan pada aturan-aturan tertentu menjadi bukti keadilan Allah.
Sebagaimana contoh laki-laki berkewajiban mencari nafkah dan perempuan sebagi ibu dan pengantar rumah tangga. Pengaturan ini dalam rangka untuk menjamin tiap hak dan kebutuhan manusia berjalan secara adil dan harmonis. Maka kekhasan sifat-sifat laki-laki dan perempuan pun sangat erat kaitannya dengan fungsi dan perannya.
Inilah secara umum gambaran keadilan dalam Islam. Adil bukan berarti sama tanpa beda. Namun adakalanya sama, adakalanya berbeda. Semua demi berjalannya kelangsungan hidup manusia sesuai fitrahnya. Allahu a'lam bi shawab.
0 Komentar