Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BERBURU KENIKMATAN


Oleh: Ramsa

Apa yang dicari dalam hidup ini bro? Kekayaan, keindahan, atau kecantikan? Sering kali pertanyaan demikian terlontar dari teman atau kenalan kita. Dan jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi penentu seseorang dalam mengisi kehidupannya. Jawabannya pasti ditentukan oleh pemikiran yang ada di benak seseorang.

Pingin kaya, banyak harta, dapat kekuasaan agar bahagia di dunia. Tentu akan berusaha agar hidup bisa menambah pundi-pundi kekayaan apa pun caranya. Pingin jabatan agar bisa menambah kolega, memperluas jaringan bisnis misalnya maka orientasi hidupnya tidak akan jauh dari cara mendapatkan jabatan dunia. Sikat kiri sikut kanan gak maslah yang penting dapat jabatan.

Barangkali ini lah sebagian besar gambaran umat Islam hari ini. Pemikirannya dipenuhi hasrat kebaikan duniawi, sehingga nyaris melupakan akhirat. Memburu kenikmatan dunia yang sesaat. Hidup semakin jauh dari persiapan dan kumpulkan bekal menuju kampung abadi. Hidup hanya untuk menikmati sekeping dunia yang fana. Lupa bahwa alam akhirat jauh lebih nikmat, lebih luas, lebih banyak kemudahan dan kehidupan yang kekal hanya di sana.

Memcari kenikmatan hidup merupakan hal yang alami. Wajar saja bagi manusia normal. Namun, mengejar dunia dengan melupakan akhirat maka akan ada penyesalan besar kelak saat hari perkumpulan atau hari persidangan di padang Mahsyar. Boleh bagi Muslim bekerja mencari rezki yang halal dan baik, tapi tetap dalam koridor syariah.

Silakan jadi pejabat tapi pejabat yang amanah dalam arti betul-betul jalankan pesan dan amanah rakyat. Jangan korupsi atau melindungi koruptor. Jika berbisnis lakukan bisnis yang tidak mengandung riba atau debu riba. Dalam perdagangan yang sesuai syariat butuh rambu-rambu yang dipenuhi penjual dan pembeli. Tak ada tipu-tipu. Tidak ada paksaan.

Praktek tersebut semuanya hanyalah setitik kenikmatan duniawi. Tak sebanding dengan kenikmatan surgawi yang Allah janjikan. Kenikmatan dunia boleh dicari dan dinikmati sekedarnya, kenikmatan akhirat wajib dikejar agar tidak menyesal kelak. Kenikmatan akhirat sering kali dianggap kesulitan hidup di dunia.

Sebut saja kewajiban bayar zakat, ada yang menganggapnya sebagai beban atau dianggap berat mengeluarkannya. Dan salah satu pintu mudah meraih kenikmatan akhirat yakni jihad. Jihad itu menurut ulama adalah berperang dan berjuang melawan musuh di medan pertempuran untuk membela Islam dan wibawa kaum muslimin.

Dengan jihad yang sesuai syariat niscaya banyak masalah kaum muslimin pun bisa diatasi. Sebut saja masalah pendudukan Israel atas Palestina atau invasi Amerika Serikat di Irak, maka solusi utama adalah jihad. Jihad offensif untuk melawan orang kafir yang mencaplok wilayah kaum muslimin. Kendati pun saat berjihad itu tidak menang atau bahkan terbunuh, maka kematian terindah itu adalah di medan perang. Dengan mendapat gelar kehormatan sebagai Syuhada. Masyaallah.

Bagi seoramg muslim yang sungguh-sungguh ingin meraih kenikmatan abadi tanpa melewati asap atau panasnya neraka, tentu berharap dan bersiap-siap menyumbangkan atau mensedekahkan putra terbaiknya jadi syuhada dalam membebaskan Palestina atau membebaskan kota Roma kelak.

Mari pahami pesan dan ayat cinta Allah Subhanallahu wa ta'ala berikut :

لٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُۥ جٰهَدُوا بِأَمْوٰلِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْخَيْرٰتُ ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.At-Taubah : 88)

Ketika belum bisa mengupayakan jihad dengan diri dan keluarga, tentu berharap kelak generasi kita lah yang akan berlomba menjadi syuhada, agar bisa memsuki kehidupan dan kenikmatam terbesar kelak di Surga-Nya.

Wallahu A'lam~

Posting Komentar

0 Komentar