
Pada Al-Qur'an surat Shad ayat 75 menjelaskan:
Ù‚َالَ ÙŠَا Ø¥ِبْÙ„ِيسُ Ù…َا Ù…َÙ†َعَÙƒَ Ø£َÙ†ْ تَسْجُدَ Ù„ِÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ بِÙŠَدَÙŠَّ ۖ Ø£َسْتَÙƒْبَرْتَ Ø£َÙ…ْ ÙƒُÙ†ْتَ Ù…ِÙ†َ الْعَالِينَ
Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?"
Dua sifat iblis dalam ayat diatas adalah sombong (menolak kebenaran) dan merasa lebih tinggi/lebih baik dari yang lain.
Pertanyaannya, apakah sifat itu juga ada pada kita? Kadang sudah jelas kebenaran (dalil) disampaikan, namun hawa nafsu kita berdalih, lari dari dalil yang telah nyata. Intinya sebenarnya menolak kebenaran, seperti yang dilakukan oleh iblis.
Atau saat kita menjadi orang yang merasa lebih baik dari yang lain, menganggap yang lain lebih rendah, tanpa kita sadari, kita pun memiliki sifat iblis.
Sifat iblis ini bisa memasuki siapa saja dengan cara yang kasar maupun cara yang halus. Misalnya terang-terangan menentang aturan Allah namun bisa juga seolah menyeru pada agama Allah, padahal sebenarnya menyeru pada dirinya sendiri atau setan.
Cara untuk terhindar dari sifat iblis ini adalah dengan selalu meluruskan niat, ikhlas semata-mata karena Allah. Ikhlas dilatih dengan berbagai cara, diantaranya, memohon bantuan pada Allah, menjaga kesinambungan amal baik walaupun kecil, selalu merasa kurang dalam beramal baik, dan melakukan kebaikan dalam kondisi dilihat ataupun tak terlihat orang lain, dipuji maupun dicela.
Kalau sudah seperti itu, iblis menangis karena kehilangan pengikutnya.
Yuk buat iblis menangis. [Lia Herasusanti]
0 Komentar