
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَا لَوْا اِلٰى مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِ لَى الرَّسُوْلِ رَاَ يْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul," (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 61)
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
60-61. Allah membuat hamba-hamba-Nya heran dari kondisi orang-orang munafik yang mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul dan apa yang datang sebelumnya, namun demikian, “mereka hendak berhakim kepada thagut” yaitu setiap orang yang berhukum dengan selain syariat Allah, maka itulah thagut, padahal sebenarnya mereka “telah diperintah mengingkari thagut itu” lalu bagaimanakah bisa bersatu antara hal ini dengan keimanan.
Karena sesungguhnya iman itu mengharuskan adanya ketundukan kepada syariat Allah dan ketentuan-Nya terhadap setiap perkara, sehingga barangsiapa yang mengaku bahwa ia seorang mukmin lalu ia memilih hukum thagut daripada hukum Allah, maka ia adalah pendusta dalam pengakuannya itu, dan ini merupakan penyesatan setan terhadap diri mereka, karena itu Allah berfirman, “Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-juahnya dari kebenaran.” [] Noviana Irawaty
0 Komentar