
Berkenaan dengan kasus Pulau Rempang, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky mengemukakan, dalam pandangan Islam tidak boleh menggusur dan merampas hak orang lain.
"Dalam pandangan Islam, tidak boleh menggusur. Dan hak orang lain, tidak boleh diambil secara rampas. Itu tidak boleh," ujarnya dalam Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Akan Tergusur 6840 Warga Pulau Rempang, Jokowi Pro Oligarki? di kanal YouTube, Selasa (12/9/2023).
Ia mengisahkan, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, ada gubernurnya di Mesir bernama Amru Bin Ash yang ingin membangun Masjid. Dan untuk itu, harus menggusur rumah seorang Yahudi yang bukan muslim.
"Ketika ada upaya bernegosiasi akan digantikan dan dilipatgandakan, dia juga (tetap) tidak mau menjualnya. Maka (saat itu) ada perintah untuk segera melakukan penggusuran," kisahnya.
Si Yahudi tua ini, lanjutnya, kemudian melaporkan ketidaksetujuannya ke Madinah menghadap Khalifah Umar.
Lalu, sambung Wahyudi, Khalifah Umar memberinya tulang dan digaris dari atas ke bawah lurus dan disilang dengan pedang lalu disuruh menyerahkan tulang itu sebagai pesan untuk Gubernur.
"Lalu Gubernurnya ketakutan. Kenapa? karena memang diingatkan bahwa anda sekarang gubernur, tapi nanti akan mati dan jadi tulang-belulang seperti ini yang tidak berguna dan tidak berharga. Oleh karena itu, tidak boleh berlaku zalim menggusur sembarangan," tuturnya.
Wahyudi melanjutkan kisahya, ketika Amru Bin Ash mendapatkan kiriman tulang dari Khalifah Umar yang dibawa oleh seorang Yahudi yang rumahnya akan digusur, maka langsung ketakutan.
"Langsung dibatalkan penggusuran itu, walaupun akhirnya Si Yahudi itu masuk Islam dan memberikan tanahnya karena merasa keadilannya didapatkan," ucapnya.
Menurutnya, inilah cerminan pemerintahan yang baik, harus melindungi rakyatnya siapapun warga negaranya. Bahkan beragama apapun, dalam sistem pemerintahan Islam dianggap sama sebagai warga negara.
"Nah, itu yang dipraktikkan oleh Khalifah Umar," terangnya.
Pertanyaannya, kata Wahyudi, akankah praktek yang dilakukan oleh Khalifah Umar itu dicontoh dan dipraktekkan Presiden kita?
"Mestinya kalau merasa kelak akan mati dan akan dimintai pertanggungjawaban, maka dia tidak akan menggusur rakyat sembarangan," tegasnya mengingatkan.
Ia lantas menganalogikan bahwa Gubernur Amru bin Ash dalam kisah itu hanya akan mengusur satu rumah saja tidak berani dan akhirnya membatalkannya. "Kalau ini (kasus Pulau Rempang), berapa rumah yang akan digusur?," tanyanya.
Ia menambahkan, kalau membangun masjid yang jelas-jelas untuk beribadah dan ketakwaan itu dibatalkan.
"Apalagi ini, hanya untuk persoalan ekonomi. Dan itu pun yang menikmati bukan rakyat, tapi oligarki," pungkasnya. [] Muhar
0 Komentar