Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

UIY: URGENSI MEMBEDAKAN ISLAMISASI POLITIK DAN POLITISASI ISLAM?


Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menjelaskan alasan pentingnya (urgensi) memahami perbedaan Islamisasi politik dan politisasi Islam.

"Nah karena itulah, maka menurut saya penting untuk kita membedakan antara Islamisasi politik dan politisasi Islam," ujarnya dalam program Fokus To The Point: Capres, Tayangan Azan di TV, Politik Identitas? di kanal YouTube UIY Official, Sabtu (16/9/2023).

UIY mengulas, Islamisasi politik adalah upaya bagaimana politik itu di Islamkan. Dan menurutnya, hal ini sesuatu yang benar.

"Artinya, kepentingan (politiik)-nya demi kepentingan Islam, kemudian dasarnya Islam dan menggunakan etika atau aturan Islam. Itu namanya Islamisasi politik," ulasnya.

Sedangkan lanjut UIY, kalau politisasi Islam artinya Islam itu dijadikan sebagai alat bagi kepentingan politik.

"Dipakai ketika sesuai kepentingan politik dan tidak dipakai ketika itu bertentangan dengan politik," terangnya.

Ia lantas memperjelas bahwa politisasi Islam hanya menempatkan atau membawa Islam untuk kepentingan politik, padahal pelakunya sebenarnya tidak sedang bersungguh-sungguh berbicara tentang Islam.

"Ketika tidak sedang sungguh-sungguh, artinya sebenarnya dia menipu. Kalau mau dibilang tidak menipu, maka dia mestinya sungguh-sungguh," jelasnya.

Kalau bersungguh-sungguh, maka kata UIY, itu namanya bukan politisasi Islam, tapi Islamisasi politik.

"Sungguh-sungguh bahwa dia itu memang rajin salat, kalau nampak seolah-olah itu menipu. Jadi, politisasi Islam Itu menipu, memang menipu," ucapnya.

UIY pun menduga, yang sering terjadi sekarang ini adalah politisasi Islam.

"Ini hari yang tampak itu, kecenderungan yang makin besar adalah politisasi Islam (bukan Islamisasi politik)," tandasnya.


Politik Identitas?

Mengenai politik identitas, apapun itu (termasuk identitas agama), dalam pandangan UIY hal itu tidak bisa dilepaskan dari dinamika dan gegap gempita politik yang elektoral.

"Politik yang semata digerakkan untuk mendapatkan dukungan suara," nilainya.

Politikus, sambung UIY, akan berusaha menggunakan segala cara mendapatkan suara.

"Jika suara itu diperkirakan bisa naik oleh penggunaan simbol-simbol itu, dia akan pakai. Jika sebaliknya, maka tidak akan pakai," ungkapnya.

Jadi, ia menegaskan, identitas-identitas baik itu simbol-simbol ataupun atribut-atribut agama akan selalu ditempatkan di dalam konstestasi politik.

"Nah karena itu, umat memang harus bisa melihat," tegasnya.

Hanya kemudian, UIY mengingatkan, umat tidak boleh alergi terhadap politik identitas.

"Kenapa? karena kalau politik identitas itu ditujukan kepada Islam memang seharusnya dalam berpolitik itu kita (sebagai umat Islam) harus selalu berdasarkan Islam," tegasnya.

Dan jika konsisten dengan prinsip-prinsip demokrasi, UIY juga menegaskan, mestinya hal itu tidak dipersoalkan. "Karena itu bagian dari aspirasi," pungkasnya. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar