
Politik yang dikembangkan rezim dan para elite politik di Indonesia saat ini bukan berdasarkan rasionalitas, tapi berdasarkan 'like and dislike' (suka dan tidak suka).
Hal itu dinyatakan oleh Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam program Fokus to the Point: Politik, 'Gemoy' atau Serius? Di kanal YouTube UIY Official, Senin (18/12/2023).
"Ketika like atau suka, karena menjadi bagian dari kekuasaan, maka segala hal itu dibenarkan, dilegitimasi, bahkan kemudian mendapatkan sanjungan dan pujian," ungkap UIY.
Tapi, begitu tidak disukai oleh karena kepentingan politiknya tak diakomodasi, kata UIY, maka yang keluar adalah rentetan pernyataan-pernyataan yang sangat menohok.
"Ketika ada usaha untuk melakukan perbaikan, protes, termasuk juga menyampaikan alternatif dalam pandangan Islam, kan kemudian diframing dengan cara yang tak senonoh. Ya, ada istilah radikal-radikalisme segala macam itu. Jadi tidak masuk pada jantung masalahnya gitu ya," tuturnya.
UIY pun menegaskan bahwa irasionalitas politik pencitraan hari ini memang begitu luar biasa.
"Istilah politik 'gemoy (lucu dan riang gembira)', 'santuy' (santai-santai), segala macamnya, itu kan bagian dari irasionalitas Itu," ungkapnya.
Maka UIY mengingatkan, orang-orang yang waras harus tetap hadir di tengah-tengah masyarakat. Yaitu, yang melihat seluruh masalah bukan dari sisi 'like and dislike', tapi benar dan salah dalam rasionalitas yang kokoh.
"Sehingga akhirnya (masyarakat) tidak mudah terombang-ambingkan oleh politik pencitraan," pungkasnya. [] Muhar
0 Komentar