Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

INVESTASI ASING MEMBAHAYAKAN NEGERI-NEGERI ISLAM


Mengutip penjelasan Syekh Abdurrahman al-Maliki dalam kitabnya yang berjudul "Politik Ekonomi Islam", Narator Muslimah Media Center (MMC) menegaskan bahwa investasi asing membahayakan negeri-negeri Islam.

"Sesungguhnya pendanaan proyek-proyek dengan mengundang investasi asing adalah cara yang paling berbahaya terhadap eksistensi negeri-negeri Islam," tegasnya dalam program Serba-serbi: Indonesia dalam Cengkeraman Investor, Kedaulatan Negara Terancam, di kanal YouTube MMC, Minggu (24/3/2024).

Ia melanjutkan, investasi asing bisa membuat umat menderita akibat bencana yang ditimbulkannya dan juga merupakan jalan untuk menjajah.

"Pihak investor pasti ingin mendapatkan keuntungan dari modal yang ia tanamkan," ungkapnya.

Untuk itu, kata Narator, para Investor membutuhkan kepastian hukum melalui undang-undang yang memudahkan dan menjamin investasi mereka.

Kemudian, lanjutnya, pemerintah membuat undang-undang tersebut sebagai jaminan atas iklim investasi yang kondusif dan kompetitif demi menarik keberadaan investor.

"Alhasil, rakyat akan kesulitan mengakses kebutuhan hidup mereka, karena semua kebutuhan tersebut diberikan melalui mekanisme para investor," jelasnya.

Ia pun membeberkan, bukti dari hal ini adalah beban hidup rakyat yang semakin berat, karena semua kebutuhan mulai dari kesehatan, pendidikan, listrik, BBM dan layanan serta kebutuhan umum lainnya semua menjadi serba berbayar (mahal).

Selain itu, Narator juga mengungkapkan bahwa investasi juga mengancam kedaulatan negeri.

"Investasi bisa menjadi celah ikut campurnya investor mengendalikan negara hingga menjerat dalam utang yang begitu luar biasa," ucapnya.

Salah satu contohnya, jelas Narator, kekuatan rupiah yang disandarkan pada dollar (sebagai mata uang asing). "Jika negara itu berdaulat, tentu mata uang yang mereka gunakan tidak akan dipengaruhi oleh mata uang negara lain," ulasnya.

Ia pun berharap, masyarakat harus memahami semua ini sebagai bentuk penjajahan gaya baru atau neo imperialisme.

"Kondisi ini adalah keniscayaan penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang hanya bertujuan meraih keuntungan," pungkasnya.[] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar