
Kehidupan buruh tertekan sistem buruk kapitalisme. Hal itu dinyatakan oleh Ketua Aliansi Buruh Indonesia (ABI) Nanang Setiawan.
"Kondisi hari ini, buruh itu tertekan. Ditekan penguasa dengan pajak dan ditekan dengan kebutuhan harga-harga yang terus melambung tinggi. Jadi sangat kejam sekali sistem kapitalisme ini," ujarnya dalam Kabar Petang: Glodak! Katanya Ekonomi Bagus, Pabrik Tutup, PHK di Mana-Mana, melalui kanal Youtube Khilafah News, pada Selasa (18/6/2024),
Ia pun mengungkapkan, kapitalisme adalah sistem yang sangat buruk dan membuat negeri ini terpuruk, maka satu-satunya cara untuk menghilangkan keburukannya adalah dengan cara meninggalkan sistem kapitalisme itu.
Dan menurutnya, meninggalkan sistem kapitalisme ini butuh pemimpin-pemimpin yang berani dan masyarakat yang berani.
"Dimanakah kita mendapatkan keberanian itu? Dari pemahaman-pemahaman mengenai akar masalah di negeri ini dan solusinya," ucapnya.
Kemudian Nanang juga menjelaskan, dari manakah solusi yang paripurna dan tuntas itu?
Menurutnya, dari mana lagi kalau bukan dari Allah SWT. yang menciptakan manusia.
"Dalam hal ini adalah syariat Islam. Syariat Islam dengan tegas menyatakan bahwa kedaulatan tertinggi itu di tangan Allah bukan di tangan rakyat, bukan di tangan manusia," jelasnya.
Dari sinilah, lanjut Nanang, terlahir sebuah sistem ketenagakerjaan dalam pandangan Islam bahwa buruh itu merupakan bagian dari rakyat yang wajib diurus sebaik-baiknya (ri'ayah) oleh pemerintah.
"Salah satunya dengan cara memberikan sistem gaji yang sesuai dengan curahan tenaga mereka," ulasnya.
Ia mengemukakan bahwa dahulu ABI pernah menyuarakan upah layak nasional. Gambarannya, kata Nanang bukan seperti UMK atau UMR yang tidak adil.
"Ketidakadilannya kepada para buruh (dalam hal sistem penggajian) yaitu misalnya sama-sama kerja jadi kuli bangunan, tapi gajinya beda. Yang satu ini rajin, tapi karena UMK di kotanya itu rendah akhirnya digaji rendah. Sementara yang satunya kerjanya malas-malasan seperti buruh dari asing yang malas-malasan, malah digajii sangat tinggi melebihi buruh-buruh lokal," herannya.
Ia pun memungkasi, inilah ketidakadilan sistem gaji di dalam sistem kapitalisme dan itu hanya salah satu problem cabang saja dari sistem kapitalisme ini.
"Jadi sekali lagi, mari kita tinggalkan sistem yang bertentangan dengan syariat Islam untuk kembali kepada hukum Allah SWT. Yaitu, penerapan syariat Islam secara kaffah demi Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr," pungkasnya. [] Muhar.
0 Komentar