
Aktivis Dakwah dari Muslimah Media Hub (MMH), Ustadzah Rif'ah Kholidah menjelaskan aksi-aksi nyata yang harus dilakukan dalam menyikapi genosida di Palestina.
"Tidaklah cukup kita sikapi hanya dengan ketidakridhoan hati kita terhadap genosida yang terjadi di Palestina. Atau hanya dengan doa dan dengan mendiamkan. Akan tetapi, yang harus kita lakukan adalah melakukan aksi-aksi yang nyata," ujarnya dalam tausyiah program Kata Islam: Bagaimana Aksi Nyata Membela Palestina? Di kanal YouTube MMH, Minggu (2/6/2024).
Ia merincikan, bagi yang memilikii kekuasaan aksi nyata yang dituntut oleh syariat Islam adalah mengirimkan pasukan, karena merekalah yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan hal itu. "Hingga zionis laknatullah terusir dari tanah Palestina," jelasnya
Sedangkan sambungnya, bagi yang tidak memiliki kekuasaan, maka aksi nyata itu hendaklah menggunakan lisannya untuk memberikan dukungan dan pembelaan terhadap saudara-saudaranya yang berada di Palestina.
"Serta menyampaikan kebenaran tentang solusi yang hakiki terhadap persoalan Palestina. Baik itu melalui lisannya atau tulisannya lewat media sosial, ataupun yang lainnya," imbuhnya.
Mengutip Abu Ali al-Daqqaq An-Naisaburi Asy-Syafi’i, ia mengatakankan, orang yang berdiam diri menyampaikan kebenaran adalah setan yang bisu dari jenis manusia. "Dan orang yang menyampaikan kebatilan, maka ia adalah setan yang bicara," kutipnya.
Rif'ah lantas menegaskan, masalah Palestina merupakan masalah yang kompleks dan rumit yang membutuhkan perjuangan dan persatuan dari kaum Muslimin seluruh dunia.
"Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani menjelaskan, bencana Palestina bukanlah bencana yang lewat begitu saja, akan berlalu dan selesai. Dan bahayanya pun tidak berhenti pada batas tertentu. Begitu pula keburukannya, bukan keburukan yang dapat dipikul dalam suatu masa kemudian berganti dan berubah sebaliknya," tutur Rif'ah.
Ia lanjut menerangkan, bahwa bencana Palestina adalah bencana yang sangat dalam akarnya, luas dampaknya dan langgeng bahayanya.
"Keburukannya hari demi hari semakin besar dan mudharat yang ditimbulkannya pun waktu demi waktu semakin merata. Jika musibah lainnya lahir dari skala yang besar kemudian mengecil, maka fakta membuktikan sebaliknya, bahwa Palestina ini berbeda dengan tabiat bencana pada umumnya," terangnya.
Sebab, kata Rif'ah, bencana ini selain lahir dari skala besar dan turun bagai petir yang menyambar, juga berkembang dengan kecepatan yang sangat dahsyat dan menjadi bahaya yang menyapu segalanya.
Oleh karenanya, Rif'ah pun mengingatkan, setiap muslim dilarang untuk bersikap diam ketika melihat kezaliman dan kemungkaran khususnya bagi mereka yang mempunyai kemampuan. Termasuk bersikap diam kepada kemungkaran genosida di Palestina.
Hal itu sebagaimana hadits Rasulullah Saw. dari Abu Said al-Khudri yang artinya,
"Barang siapa dari kalian yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya atau kekuasaannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya dan yang demikian itu merupakan selemah-lemah iman," kutipnya.
Ia pun menyatakan, tidak terselesaikannya permasalahan di Palestina sejak terjadinya pendudukan zionis laknatullah pada tahun 1948 hingga hari ini (sekitar kurang lebih 76 tahun) tidak lain karena disebabkan umat Islam meninggalkan thariqoh (metode) untuk mengusir penjajah yang membantai umat Islam, yakni jihad.
Karena umat ini meninggalkan jihad, maka ungkap Rif'ah, tatapan mata dan tangisan untuk Palestina tidak akan berguna, dan doa-doa yang kita panjatkan juga menjadi hampa.
Tanpa seruan kepada penguasa agar mengirimkan pasukannya melawan zionis laknatullah, menurut Rif'ah akhirnya kekuatan militer yang dimiliki oleh dunia islam khususnya negara-negara Arab menjadi tidak bermakna karena tidak adanya spirit jihad.
Ia menegaskan, hanya dengan jihad merupakan solusi hakiki untuk Palestina. "Dan khilafah adalah institusi yang akan menyempurnakan pelaksanaan jihad," pungkasnya mengakhiri. [] Muhar
0 Komentar