
Narator Muslimah Media Hub (MMH) menyatakan, peringatan hari lansia atau Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang diperingati setiap tanggal 29 Mei di Indonesia hanyalah sekadar seremonial.
"Negeri ini sudah puluhan tahun memperingati hari lansia dengan harapan menjadi momentum untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, tapi peringatan itu hanya sekadar seremonial," ujarnya dalam tayangan Derita Tiada Akhir: Langkah Tertatih Pemulung Lansia, Berjalan Jauh demi Menyambung Hidup, di kanal YouTube MMH, Senin (10/6/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, Narator menuturkan, terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia, atau 10,82% dari total populasi.
"Dari seluruh populasi lansia itu, masih banyak yang tergolong tidak sejahtera. Mereka tinggal sendiri di rumah, ekonominya pas-pasan, bahkan tergolong miskin," tuturnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa bantuan lansia yang disediakan pemerintah saat ini hanya sekadar untuk mengganjal perut, bukan untuk menjamin kesejahteraan lansia.
Akhirnya, sambung Narator, demi bisa bertahan hidup lansia harus tetap mencari nafkah secara mandiri.
Ia pun menandaskan, negara yang menerapkan sistem kapitalis diketahui setengah hati dalam mengurus rakyat.
"Mereka menggunakan paradigma untung rugi dalam mengurus warga negaranya. Maka wajar, lansia masih terus bekerja di usianya yang telah tua renta," tandasnya.
Kisah Abah
Sebelumnya, Narator juga melaporkan hasil penelusurannya. Seorang bernama Abah Makmun, sebut Narator diketahui berkeliling memanggul karung setiap harinya.
"Karung itu digunakan untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang Abah ambil dari tong sampah atau pinggir jalan," ucap Narator mengisahkan.
Abah, lanjutnya, berjalan jauh memulung barang-barang bekas. Jika karung telah terisi penuh, Abah akan menukarkannya di pengepul dan mendapatkan uang kurang dari 20 ribu rupiah.
Padahal seharusnya, Narator menegaskan, seseorang dengan usia yang mencapai 80 tahun sudah waktunya beristirahat dan menikmati hidup serta menyiapkan hari akhir.
Dalam Islam
Narator lantas menjelaskan bahwa hal itu sangat berbeda dengan kehidupan lansia di dalam negara yang menerapkan Islam, yakni Daulah Khilafah.
"Sebagai negara riayah, Daulah Khilafah menjamin kesejahteraan semua warga negaranya tanpa terkecuali, termasuk para lansia," terangnya.
Penerapan sistem ekonomi Islam, ungkapnya, membuat setiap individu terjamin kebutuhan pokoknya. Mulai dari sandang, pangan dan papan, karena negara menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki produktif.
Sementara sambungnya, syariat Islam mewajibkan laki-laki mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya, seperti orang tuanya yang sudah tua renta.
Jika para lansia tidak memiliki sanak keluarga dan dia tinggal sebatang kara, maka, sebut Narator, mereka termasuk 'kalala'. Islam mewajibkan negara menjadi pihak yang bertanggung jawab atas mereka.
"Karena itulah, Umar bin Khattab ketika menjadi Amirul Mukminin membuat kebijakan adanya tunjangan bagi para lansia baik muslim maupun kafir dzimmi yang dananya diambil dari Baitul Maal," jelasnya.
Dari jaminan ini saja, Narator pun memungkasi bahwa bisa dipastikan para lansia bisa menikmati kesejahteraan.
"Beginilah keberkahan hidup yang akan dirasakan oleh para lansia ketika dalam Daulah Khilafah," tutupnya mengakhiri. [] Muhar
0 Komentar