Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

KEPEMIMPINAN DI DUNIA, ERAT KAITANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN DI AKHIRAT


Narator Supremacy menyatakan bahwa kepemimpinan di dunia, erat kaitannya dengan pertanggungjawaban di akhirat.

"Posisi sebagai pemimpin merupakan tanggung jawab yang besar. Sebab kepemimpinan, erat kaitannya dengan pertanggungjawaban di hari akhir kelak," ujarnya dalam program Legacy: Khalifah Memahami Bahwa Posisinya sebagai Pemimmpin akan Dipertanggungjawabkan, di kanal YouTube Supremacy, pada Rabu (9/10/2024).

Karena itu menurutnya, seorang pemimpin kaum muslimin (Khalifah) selalu memandang bahwa penyelenggaraan negara adalah sebagai kewajiban syariah.

"Ini merupakan bagian dari ibadah yang mendekatkan seorang muslim kepada Allah, jika dilakukan dengan ikhlas karena-Nya," ulasnya.

Narator juga menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah amanah. Mindset (pola pikir) inilah yang membuat seseorang berhati-hati dalam mengambil posisi sebagai pemimpin.

"Bahkan ketika dia mengambil posisi tersebut, seorang Khalifah akan menerapkan kebijakan atas dasar syariat. Dia akan selalu berupaya memberikan keadilan, kesejahteraan dan kemudahan fasilitas kepada seluruh rakyatnya, karena ia memahami betul bahwa kehidupan dunia ini akan dipertanggungjawabkan," jelasnya.

Ia pun menegaskan, alangkah indahnya ketika mindset seperti ini dipahami oleh pemimpin.

"Oleh karena itu, ketika akhir hayatnya tepatnya ketika Umar bin Khattab r.a ditikam oleh seorang majusi, maka Abdullah bin Abbas masuk kepadanya untuk menghiburnya dan menyebutkan sebagian keutamaannya. Diantaranya adalah keutamaan dalam hal yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi," tutur Narator.

Narator lanjut mengisahkan, bahwa Ibnu Abbas berkata kepada Khalifah Umar bin Khattab r.a, "Kemudian kamu diangkat sebagai pemimpin yang membawa kebaikan bagi manusia, sebab dengan anugerah Allah Ta'ala kamu dapat menaklukkan beberapa kota, mendatangkan banyak harta, menafikan musuh dan memasukan kepada setiap keluarga yang akan membantu kelapangan mereka dengan agama dan rizki mereka. Kemudian, dia (seorang majusi) mengakhiri hidupmu dengan syahid. Maka berbahagialah kamu, sungguh orang yang terperdaya adalah orang yang memperdayaimu."

Maka Khalifah Umar r.a berkata, "Apakah kamu wahai Abdullah akan bersaksi bagiku di sisi Allah Swt. pada hari kiamat?" Abdullah menjawab, "Ya". Khalifah Umar r.a pun, mengucapkan, "Yaa Allah! Segala puji hanya bagi-Mu."

Namun sayang, Narator pun menyesalkan, berbeda dalam kehidupan sekularisme kapitalisme saat ini, mindset tersebut tidak lagi dipahami.

"Setiap orang berlomba-lomba menjadi pemimpin bukan untuk menerapkan syariat Islam ataupun untuk mengabdi kepada rakyat. Namun dorongannya untuk mempertebal kantong pribadi dan kelompoknya," sebutnya.

Dan hal itu menurutnya, nampak jelas dari kebijakan-kebijakan para pemimpin di tengah kaum muslimin hari ini yang cenderung tidak berpihak kepada rakyat, namun justru menguntungkan para kapitalis (para pemilik modal).

"Sungguh hanya Khilafah (sistem politik dan pemerintahan Islam) yang mampu melahirkan Khalifah yang memahami bahwa posisinya adalah amanah dan akan dipertanggungjawabkan (di akhirat)," tutup Narator mengakhiri. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar