
Pengamat Politik Internasional dari Geopolitical Institute, Hasbi Aswar, Ph.D. mengungkapkan penyebab Rusia bersikap agresif dan ofensif terhadap Ukraina. Hal ini disampaikan dalam program Kabar Petang: Rusia Terjepit, Nasibnya di Tangan Trump? di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (26/12/2014).
"Yang diinginkan Rusia sebenarnya adalah Ukraina itu tidak menjadi atau tidak tidak dijadikan sebagai lahan ekspansi atau perluasan wilayah NATO atau Amerika Serikat. Sehingga ketika Ukraina masih diperlakukan seperti itu, maka Rusia tidak akan pernah berhenti untuk agresif dan ofensif di Ukraina," ujarnya.
Hasbi menyebut bahwa posisi Ukraina adalah negara proksi atau perpanjangan tangan dari kepentingan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di NATO (North Atlantic Treaty Organization/ Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Menurutnya, Amerika Serikat berupaya untuk menarik Ukraina ke dalam sisi Amerika Serikat atau NATO, untuk menghalangi (mencegah) agar Rusia tidak bisa lagi menjadi negara super power yang akan mengancam kepentingan politik luar negeri Amerika Serikat untuk menguasa dunia.
Sedangkan bagi Rusia, Ukraina sebagai tetangga dekatnya, ungkap Hasbi, tidak boleh jatuh ke tangan musuh atau negara-negara yang berpotensi mengancam eksistensi Rusia.
"Selama ini yang berupaya memprovokasi Rusia adalah NATO atau negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang selalu membujuk Ukraina untuk masuk menjadi anggota NATO," jelasnya.
Sebagai konsekuensinya, kata Hasbi, ketika Ukraina menjadi anggota NATO, maka nanti Ukraina akan mendapatkan keistimewaan dari NATO. Kemudian, negara-negara NATO itu pun bisa meletakkan perlengkapan-perlengkan militernya di Ukraina.
"Dan bagi Rusia itu adalah sebuah ajakan nyata yang berkaitan dengan hidup dan matinya Rusia. Sehingga Ukraina bagi Rusia, itu adalah harga mati," pungkasnya.
Diketahui, Perang Rusia-Ukraina memasuki hari ke-1.036 pada Rabu (25/12/2024), ditandai dengan serangan 170 rudal dan drone oleh pasukan Moskwa. Listrik di sejumlah wilayah terputus dan seorang pekerja tewas dalam serangan itu.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengecam serangan tersebut. Ia menuding Rusia sengaja memutus akses warga Ukraina dari listrik dan penghangat.
"Tujuan serangan keterlaluan ini adalah memotong akses warga Ukraina terhadap panas dan listrik saat musim dingin dan untuk membahayakan keamanan jaringan listrik Ukraina," kata Biden dilansir AFP, Rabu (25/12).
"Saya telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk melanjutkan pengiriman senjata ke Ukraina dan Amerika Serikat akan terus bekerja tanpa lelah memperkuat posisi Ukraina dalam pertahanan mereka menghadapi tentara Rusia," ujar Biden yang tak lama lagi akan digantikan posisinya oleh Presiden Donal Trump pada 20 Januari 2025 mendatang. [] Muhar
0 Komentar