
Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menceritakan mengapa kekhilafahan Islam yang terakhir disebut Khilafah Utsmani.
"Mengapa Khilafah yang terakhir disebut Khilafah Utsmani? karena Utsman Ghazi, Utsman bin Ertugrul, Utsman anak laki-lakinya Ertugrul-lah yang pertama kali dari klan atau kabilah Ghazi ini yang menjadi penguasa, tepat ketika kesultanan Saljuk mengalami kemunduran," ungkapnya dalam Kabar Pagi, di kanal Youtube Khilafah News, Rabu (11/12/2024).
Kemudian lanjutnya, Sultan Mesut menyerahkan kekuasaannya kepada Utsman. Jadi Utsman inilah yang pertama kali menjadi penguasa dari keturunan kabilah Ghazi ini.
"Karena itulah, kemudian dikenal dengan Sultan Utsman, melahirkan Orhan, melahirkan Murrad melahirkan Bayezid I, melahirkan Muhammad I, kemudian melahirkan Murrad II, melahirkan Muhammad II siapa dia? Dialah Muhammad Al-Fatih," sebutnya.
Setelah itu sambungnya, Muhammad Al-Fatih yang menakhlukan Konstantinopel itu melahirkan Sultan Bayezid II, Sultan Bayezid II melahirkan Sultan Selim I.
"Nah, Sultan Selim I inilah yang menjadi Khalifah pertama dari kekhilafahan Utsmani, tepat ketika Khilafah Abbasiyah mengalami penurunan."
Maka kemudian, terang UIY, Mutawakkil 'ala Allah, Khalifah kekhilafahan Abbasiyah yang terakhir itu, menyerahkan kekuasaannya kepada Sultan Selim I. "Jadilah dia Khalifah yang pertama dari kekhilafahan Utsmani," imbuhnya.
Sejarah Luar Biasa
UIY lanjut menuturkan, kisah bangkitnya kekhilafahan Islam yang dilanjutkan oleh kabilah Utsman Ghazi yang diceritakannya itu adalah sejarah luar biasa, ditulis dengan sangat bagus oleh Prof. Muhammad Khulaif dalam disertasinya "Qiyamu Etugrul minal Kabilah ilal Khilafah".
"Yang dipuji habis oleh sejarawan Prancis Bernard Fan sebagai sebuah peristiwa sejarah terbesar di dunia dilihat dari awalnya dibanding dengan akhirnya," takjubnya.
UIY mengemukakan, awalnya adalah sebuah kabilah, namun akhirnya menjadi sebuah Khilafah (institusi pemerintahan pelaksana Islam kaffah).
Dan kita hari ini, UIY meyakinkan, juga bisa melakukannya kembali jika memiliki tekad dan semangat yang besar seperti tekad dan semangatnya kabilah Ghazi yang dipimpin oleh Sulaiman Syah tersebut.
"Tauhid, cinta kepada perjuangan, tak takut mati merindukan syahid, ikhlas dan sabar dalam meniti perjuangan yang tidak ringan sebagaimana mereka (kabilah Utsman Ghazi) lakukan, berhasil melahirkan anak cucu keturunan yang kemudian menakhlukan benteng Konstantinopel setelah 230 tahun dari Sulaiman Syah berjarak kepada Muhammad Al-Fatih, sebuah kurun yang sangat panjang 8 generasi," gugahnya memotivasi.
Ia juga berpesan, jika kita ingin kembali mewujudkan kejayaan Islam maka didiklah generasi kita dengan sebaik-baiknya agar kemudian bisa melahirkan kembali generasi-generasi yang hebat, sebagaimana yang pernah terjadi pada kabilah Ghazi. "Takbir! Allahu Akbar," tutupnya. [] Muhar
0 Komentar