
Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto memaparkan bahwa inti dari ibadah adalah ketaatan totalitas kepada Allah SWT.
Hal tersebut dipaparkan dalam program Focus to The Point: Ramadhan tapi Tak Ada Perubahan, Kenapa? di kanal YouTube UIY Official, pada Rabu (12/3/2025).
"Kita diciptakan (oleh Allah) untuk beribadah. Maka kemudian kita mestinya melakukan itu pada aspek ibadah mahdhah (murni) maupun ghairu mahdhah (aktivitas keseharian). Intinya kan pada ketaatan (kepada Allah SWT), ketaatan pada aspek-aspek ritual (seremonial khusus), maupun non ritual seperti aspek ekonomi, politik, sosial, budaya," paparnya.
UIY pun mengemukakan, ketika pemahaman itu tidak ada, maka akhirnya pengamalan berhenti (mentok) sampai pada aspek ritual atau seremonial saja. Dan yang ada, akhirnya munculah paradoks (situasi yang saling bertentangan) di dalam berpuasa.
"Orang berpuasa meninggalkan yang halal, tapi di saat yang sama dia makan riba, bahkan menjadi pegawai dari bank ribawi. Dia puasa meninggalkan yang halal gitu, tapi (pada saat yang sama) melakukan sesuatu yang haram," ucapnya mencontohkan.
Contoh lain, ungkap UIY, pemimpin misalnya, yang dia memimpin sistem sekularistik dengan meninggalkan aturan agama.
"Meninggalkan perintah Allah gitu! Memperingati nuzul Qur'an di istana, tapi ajaran Al-Qur'annya ditinggalkan, bahkan ditolak, dan orang yang memperjuangkannya dikriminalisasi. Nah, itu paradoks," sebutnya.
Lantas bagaimana menyelesaikan paradoks ini? Lebih lanjut UIY menjelaskan bahwa tidak bisa tidak, memang solusinya adalah dengan cara dakwah.
"Dengan menjelaskan secara benar risalah Islam, akidah, syariah, ibadah dan konsekuensi dari ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Sampai kemudian terdorong untuk menegakkan kehidupan Islam," jelasnya.
UIY pun menyayangkan, sepanjang kehidupan kita ini begini, maka selalu terjadi parsialisasi (pengebirian) agama.
Artinya, kata UIY, agama hanya muncul pada momen-momen atau pada aspek tertentu saja.
"Karena itulah, maka dakwah itu sangat penting, dan dakwah harus diarahkan bagi tegaknya kembali kehidupan Islam. Itulah yang dimaksud dakwah li isti’nafil hayatil Islam Islamiah atau mengajak kembali kaum Muslimin pada pengamalan hukum-hukum Islam, dari masalah ibadah sampai muamalah dan seterusnya," pungkasnya. [] Abu Hanif
0 Komentar