
Tiga tokoh dari organisasi massa Islam terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan kritik terhadap rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia.
Pasalnya, meski seolah tampak sebagai upaya kemanusiaan, ketiganya mengingatkan bahwa langkah tersebut justru berpotensi mendukung agenda atau pengosongan Gaza oleh Israel dan Amerika Serikat (AS).
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menyebut rencana itu sebagai kesalahan fatal.
"Untuk isu ini, saya mengatakan Pak Prabowo blunder, menurut saya itu tidak tepat. Jadi ya apa pun kita harus membantu dengan segala daya upaya untuk tetap membantu bangsa Palestina, terutama warga Gaza tetap di Gaza," ujar Gus Ulil usai Halal Bihalal di Lantai 3, Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (10/4/2025).
Menurutnya, pemindahan warga Gaza dari wilayah Palestina justru memperkuat misi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengosongkan Gaza dari penduduk Palestina.
"Memang misi utama Netanyahu ingin mengosongkan Gaza, kosong dari warga Palestina. Jadi kalau kita ikut merelokasi warga Gaza, ya itu fatal," tegasnya.
Ia juga menyoroti potensi Gaza dijadikan kawasan wisata oleh Presiden AS Donald Trump.
"Jadi dia ingin menjadikan Gaza sebagai resort pinggir pantai. Gaza itu pinggir pantai, ingin menjadikan resort pinggir pantai," ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak terjebak dalam skenario pengosongan Gaza, Palestina.
"Sebaiknya Prabowo jangan ikut-ikutan mengevakuasi rakyat Gaza ke Indonesia karena jika hal itu terjadi, Prabowo jangan mimpi Israel akan mau menerima kembali warga Gaza yang sudah dievakuasi tersebut," kata Anwar Abbas dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Menurutnya, bantuan kemanusiaan sebaiknya diberikan langsung di wilayah Gaza.
"Jika Prabowo ingin membantu pengobatan dan perawatan rakyat Gaza, maka pengobatan dan perawatannya bersama lima negara yang akan dikunjungi Prabowo harus dilakukan di Gaza," tambahnya.
Ia juga menyinggung pengalaman buruk sejarah pendudukan Yerusalem oleh Israel yang menurutnya bisa menjadi pelajaran penting.
"Yerusalem dikuasai oleh rakyat Palestina, tapi sekarang telah diduduki oleh Israel. Jadi belajar kepada sejarah, maka Indonesia dalam menghadapi manuver Israel harus cerdas," ucapnya.
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas mempertanyakan motif di balik rencana evakuasi tersebut.
"Pertanyaannya, untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut? Bukankah Israel dan Donald Trump sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?" ujar Buya Anwar kepada MUI Digital, Rabu (9/4/2025).
Ia menyoroti bahwa lima negara yang akan dikunjungi Prabowo, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania adalah negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
"Dengan demikian, jika Indonesia berkonsultasi dengan negara-negara tersebut, maka sudah dapat dipastikan apa yang akan terjadi untuk langkah kebijakan selanjutnya," katanya.
Buya Anwar menegaskan agar Indonesia tidak terjebak dalam permainan geopolitik global yang sarat dengan kepentingan imperialistik.
"Sebagai bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun, kita harus tahu yang namanya penjajah itu punya seribu satu cara dan tipu daya. Untuk itu kita sebagai bangsa jangan pula sampai tertipu oleh mulut manis mereka," tutupnya. [] Harli
0 Komentar