
Peristiwa Thufan Al-Aqsha pada 7 Oktober 2023, yaitu serangan mendadak Hamas pada konser musik di perbatasan Israel-Gaza yang menewaskan 1.195 warga Israel dan menawan 251 orang, cukup mengagetkan dunia. Serangan Hamas ini merupakan kesuksesan besar bagi Palestina karena mampu meruntuhkan mitos pertahanan Israel yang konon terkuat di dunia. Sebaliknya, bagi Israel, itu merupakan kekalahan telak sekaligus mempermalukan mereka di mata dunia, karena pertahanan yang digadang-gadang tidak bisa ditembus siapa pun ternyata dengan mudah dipermalukan oleh Hamas.
Atas peristiwa tersebut, Israel membalas serangan dengan kekuatan penuh dan membabi buta. Sudah tidak terhitung lagi berapa ton bom dijatuhkan, bahkan mereka juga menjatuhkan bom fosfor yang secara perjanjian internasional dilarang digunakan dalam perang. Serangan Israel sudah tidak lagi mempertimbangkan nilai kemanusiaan sedikit pun. Terbukti, dalam satu tahun perang balasan, Israel telah menewaskan 41.825 orang syahid, termasuk di dalamnya 16.891 anak-anak dan 11.458 perempuan, serta menghancurkan fasilitas umum seperti masjid, gereja, rumah sakit, kampus, dan lain-lain.
Tentara Israel, karena tindakan brutal dan keji yang dilakukan, tidak lagi hanya memburu pasukan Hamas, tetapi juga menyasar siapa saja yang berada di wilayah Gaza termasuk warga sipil untuk dibunuh. Pada Kamis, 14 November 2024, sebuah komite khusus PBB menilai bahwa perang yang dilakukan Israel di Gaza memiliki karakteristik yang konsisten dengan genosida.
Satu bukti lagi bahwa tentara Zionis Yahudi Israel tidak lagi memiliki rasa kemanusiaan (tidak manusiawi): pada bulan suci Ramadan 1446 H yang dimuliakan umat Islam seluruh dunia, mereka tetap melakukan operasi militer di Gaza sejak 18 Maret 2025 hingga Hari Raya Idulfitri 1446 H, yang menewaskan 1.309 orang syahid.
Sudah puluhan pemimpin dunia mengecam keras tindakan genosida tentara Israel. Jutaan manusia di muka bumi dari latar belakang yang berbeda-beda mengadakan demonstrasi besar-besaran, seperti di negara Inggris di depan markas besar perusahaan raksasa minyak British Petroleum (BP), di Prancis di Place de la Bastille, bahkan di negara pendukung utama Israel yaitu Amerika Serikat di pintu masuk gedung surat kabar The New York Times, serta di negara-negara besar lainnya untuk menghentikan kekejian tentara Israel, tetapi tidak digubris. Lebih dari 33 kali resolusi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dikeluarkan, sejumlah itu pula Israel mengingkarinya.
Benar bahwa berbagai upaya solusi telah diupayakan oleh berbagai pihak, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, PBB mengusulkan solusi dua negara (two-state solution) untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Usulan ini diikuti beberapa negara termasuk Indonesia. Solusi ini menjadi preseden buruk bagi kemerdekaan berbagai negara di dunia—bisa terulang negara kuat menjajah negara merdeka dan karena kekuatannya, penjajah meminta solusi yang sama.
Kedua, Sekretaris Jenderal Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS), Ali Al-Qaradaghi, menyerukan agar negara-negara Islam mengirim pasukan militer ke Gaza untuk menghentikan genosida oleh tentara Israel. Haram hukumnya umat Islam di dunia berdiam diri. Seruan ini didukung sepenuhnya oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) melalui Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim. Seruan jihad ini sesuai dengan hasil keputusan Ijtima’ Ulama Fatwa MUI.
Ketiga, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengeluarkan perintah untuk memberangkatkan 1.000 jemaah calon haji dari Palestina secara gratis pada musim haji tahun ini (2025). Demikian menurut laporan Saudi Press Agency (SPA) seperti dikutip dari Arab News, Rabu (23/5/2025).
Ditilik dari sejarahnya, permasalahan konflik Israel-Palestina adalah penjajahan Israel atas tanah Palestina. Sejak Perjanjian Balfour 1917 ditandatangani, gerakan Zionis Israel dengan dukungan Inggris menduduki tanah Palestina. Sudah tak terhitung berapa kali Israel menyerang, membunuh, mengusir pemukiman warga Palestina dalam rangka memperluas pendudukan atas tanah Palestina hingga saat ini.
Karakter Yahudi seperti itu sesungguhnya sudah dipahami oleh kaum muslimin, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’anul Karim:
لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Māidah: 82)
Bahkan karakter manusia yang paling suka melanggar janji adalah orang-orang Yahudi. Oleh Allah mereka dijuluki kera yang hina, Allah berfirman:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِـِٕيْنَ
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: ‘Jadilah kamu kera yang hina.’” (QS Al-Baqarah: 65)
Sikap menghadapi manusia seperti di atas hanya bisa dilakukan dengan jihad, tentu jihad yang dilakukan oleh tentara dengan senjata dan peralatan tempur yang memadai atau seimbang. Hal ini dibutuhkan karena Israel tidak mengindahkan resolusi PBB maupun kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Tindakan ini wajib dilakukan sebagaimana telah Allah perintahkan:
فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ
“Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian.” (QS Al-Baqarah: 194)
Dengan demikian, yang dibutuhkan warga Palestina saat ini adalah bantuan tentara dan peralatan militer untuk mengusir pendudukan Israel melalui jihad. Mereka tidak butuh biaya untuk berangkat haji, karena mempertahankan tanah kaum muslimin lebih mulia di sisi Allah dibandingkan berangkat ibadah haji. Lagi pula, ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin yang istitha’ah (mampu), termasuk dalam hal jaminan keamanannya.
Maka solusi Syaikh Ali Al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal IUMS, sesuai dengan seruan Al-Qur’an, dan solusi lainnya batil.
Wallāhu a‘lam bish-shawāb.
[] Imam Wahyono (Kurir Ideologis)
0 Komentar