Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

UST MUKTI: TARIF TRUMP BUKAN SEKADAR SOAL EKONOMI, TAPI...


Pengamat Politik Ekonomi Ustadz Ahmad Mukti Al Mansur menilai, kebijakan penaikan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bukan sekadar persoalan ekonomi semata, tetapi bagian dari strategi geopolitik untuk mempertahankan dominasi AS di panggung dunia (global).

Analisis saya tidak hanya urusan ekonomi ternyata,” ujarnya dalam program Bincang Persoalan Umat Bersama Kang Dedi: Beragam Dampak dari Tarif Trump, yang disiarkan melalui kanal YouTube Lisan, pada Rabu (28/5/2025).

Menurutnya, kebijakan tarif Trump merupakan bentuk perlawanan AS terhadap dominasi Cina dalam perdagangan global.

Ia melanjutkan, ketika AS menaikkan tarif, Cina pun tidak bersikap kompromi, tetapi justru membalas dengan menaikkan tarif impor terhadap produk AS.

Ketika Trump naikkan 145%, Cina juga menaikkan 145%. Bahkan naik lagi. Ini sudah di luar teori ekonomi. Berarti ada sesuatu yang lain,” ungkap Ustadz Mukti.

Sementara, negara-negara yang lain, banyak yang cenderung mengikuti arah kebijakan AS memilih untuk bernegosiasi, termasuk Indonesia.

Indonesia, misalnya, menegosiasikan tarif dari 32%, tapi malah naik jadi 42%. Negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang lebih memilih mengikuti karena sangat tergantung dengan Amerika. Mereka memilih untuk tidak melawan,” katanya.

Lebih jauh ia melihat, kebijakan ini sebagai bagian dari upaya Trump dalam mengukuhkan posisi AS sebagai kekuatan utama dunia.

Trump sedang memainkan peran, siapa sekutu dan siapa pesaing. Cina dan Rusia dianggap saingan, sedangkan negara lain termasuk Indonesia cenderung jadi pengekor,” tegasnya.


Potensi Resesi Global

Ustadz Mukti lantas memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis ini berpotensi memicu resesi global.

Sebab menurutnya, biaya produksi yang meningkat akibat tarif impor yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga dan turunnya konsumsi, sehingga mengganggu arus perdagangan internasional, yang memicu perlambatan ekonomi.

Negara yang memproduksi barang untuk pasar AS akan menambah biaya. Pebisnis akan kurangi produksi, konsumsi menurun, ekspor-impor terganggu. Ini bisa timbulkan resesi, tidak hanya bagi negara lain tapi juga bagi Amerika sendiri,” jelasnya.

Ia menerangkan bahwa pada dasarnya penerapan tarif impor oleh negara-negara termasuk Indonesia merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang sah dan hal yang biasa di dunia internasional.

Akan tetapi, menurutnya, tarif tinggi yang diberlakukan Trump yang bahkan mencapai 145% terhadap produk Cina, mengindikasikan adanya masalah dalam perekonomian AS.

Ekonomi itu seperti orang sakit, ada tanda-tandanya. Dalam negerinya (Amerika) tidak sedang baik-baik saja, baik itu pertumbuhan ekonomi, pengangguran, maupun gross domestic product-nya. Maka Trump melakukan kebijakan tarif yang sangat tinggi ini,” terangnya.


Solusi atas Intervensi Dunia Islam

Sebagai solusi atas intervensi kekuatan global terhadap Dunia Islam, Aktivis Dakwah ini pun menyampaikan tiga langkah strategis.

Pertama, melakukan pendidikan terhadap tsaqafah Islam,” ajak Ustadz Mukti.

Hal ini menurutnya, jangan pernah berhenti, karena inilah yang memunculkan kemandirian dan kepercayaan diri seorang Muslim.

Kedua, lanjutnya, harus mengikatkan kembali pribadi kita dengan sesama Muslim. kemudian muncul apa yang disebut dengan kesatuan umat.

Berarti kita perlu interaksi terus-menerus, tidak berhenti,” tekannya.

Ketiga adalah, kata Ustadz Mukti, penguasaan ekonomi. Umat Islam harus mulai bangkit untuk menyadarkan kembali transaksi-transaksi mereka. Kemudian menyadarkan potensi ekonomi yang dimiliki umat Islam.

Kalau antum menyadari setiap tanah umat Islam itu ternyata menyimpan kekayaan yang luar biasa. Masya Allah ya, dari Malaysia, Thailand, Indonesia, Timur Tengah itu kurang apa semuanya ada di situ? Dan ini perlu kesadaran kolektif umat untuk disatukan, istilahnya tuh dibebaskan. Dibebaskan dari apa? Dari pengaruh keterkungkungan terhadap batas-batas negara bangsa (nation state),” terangnya.

Mereka (umat Islam), tekan Ustadz Mukti, harus kita sadarkan untuk menjadi satu sesama umat Islam. Lalu memiliki sifat ta'awun (saling memberi pertolongan).

Bayangkan kalau negeri-negeri Muslim menjadi satu, kemudian batas-batas wilayah itu tidak menjadi sekat-sekat pemisah kita? Itu dahsyat sekali. Potensi umat Islam itu ada hampir 2 miliar. Tentaranya paling banyak, sumber daya paling banyak. Ya, bisa jadi nanti menjadi salah satu negara utama yang akan memimpin dunia. Kalau teorinya (bisyarah/berita gembiranya) hari akhir zaman kan begitu. Dan kita yakin itu suatu saat akan datang,” pungkasnya.

Sementara itu, sebagai negeri Muslim, Ustadz Mukti juga menyinggung terkait Indonesia saat ini yang belum memiliki kekuatan untuk menentukan arah kebijakan global.

Sehingga kita hanya menjadi trial and error-nya kebijakan negara lain yang superpower,” tandasnya. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar