Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

ISMAIL YUSANTO: DEMOKRASI BATASI ISLAM, PERADABAN HARUS DIPIMPIN KHILAFAH


Jakarta, 28 Juni 2025 — Cendekiawan Muslim, Ustadz Ir. M. Ismail Yusanto, M.M., menegaskan pentingnya perubahan menuju peradaban Islam yang dipimpin institusi politik bernama khilafah. Menurutnya, demokrasi justru telah menjadi alat yang membatasi Islam, bukan menguatkannya.

Pernyataan tersebut disampaikan Ismail dalam acara Dialog Muharram bertema “Hijrah: Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah” yang digelar Islamic Collaboration Forum (ICF) di Jakarta, Sabtu (28/6).

Perubahan harus melahirkan peradaban Islam yang akan membawa rahmaan lil’alamin, dengan kepemimpinan institusi politik, yang istilahnya disebut dengan khilafah,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya keterlibatan umat dalam politik Islam. “Kita harus terlibat kegiatan politik yang telah disyariatkan untuk perubahan dan tegaknya risalah Islam.

Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya perjuangan komunitas dakwah yang bersifat ideologis. “Perjuangan komunitas dakwah ideologis. Komunitas yang tidak sekadar berbagi kebaikan, tetapi juga memperjuangkan tegaknya Islam sebagai solusi secara sistemis.

Ismail mengkritik sistem demokrasi yang menurutnya tidak berpihak pada kebangkitan umat Islam. “Demokrasi dibuat bukan untuk mengokohkan umat Islam, justru sebaliknya. Ia sering digunakan sebagai cara untuk membatasi ruang Islam. Islam dipaksa sekadar sistem nilai moral pribadi bukan sebagai sistem hidup. Demokrasi juga sebagai alat untuk menjauhkan umat dari sumber kekuatannya, karena mempromosikan nasionalisme padahal Islam mengajarkan ukhuwah Islamiyah global.

Ia menambahkan pentingnya penyadaran umat. “Orang itu akan bangkit kalau dia paham. Kalau sudah paham, harus disebarkan. Enggak usah takut dikatakan omong kosong.

Ismail menegaskan bahwa demokrasi bukan sarana efektif untuk memperjuangkan Islam. “Bahkan keliru sepenuhnya jika kita mengandalkan demokrasi dan republik global. Ini hari bukan dibuat untuk mengokohkan umat, tapi justru kebaliknya. Kurang demokratis? Kurang apa FIS, Ikhwanul Muslimin dengan tokoh utama Muhammad Mursi dulu ketika ikut pemilu di Mesir? Hasilnya kita semua sudah mengetahui. Jadi, kita mesti waspada bahwa demokrasi digunakan untuk melanggengkan dominasi negara-negara besar. Mereka membiarkan kita mengikuti cara-cara demokrasi, tetapi begitu dengan cara itu kita menang mereka akan hentikan.

Ia menekankan pentingnya penanaman tsaqafah Islam dalam pemikiran umat. “Jikalau tak menyengaja menanam bunga di taman, niscaya rumput liar yang akan tumbuh. Begitu pula jika bukan tsaqafah Islam yang ditanamkan dalam pemikiran kita, maka, pemikiran liar lah yang ada di dalamnya.

Demokrasi digunakan untuk membatasi ruang-ruang Islam. Islam dipaksa hanya dijadikan nilai moral bukan sistem hidup,” lanjutnya.

Menutup pernyataannya, Ismail kembali menegaskan pentingnya khilafah sebagai institusi pemersatu umat. “Itulah peradaban Islam. Peradaban yang kelak akan memberikan rahmat bagi sekalian alam dengan kepemimpinan politik sebagai institusi pemersatu umat. Institusi politik itu namanya khilafah. Kita tidak boleh alergi dengan istilah ini. Inilah istilah kita, istilah Islam.” [] Diaz

Posting Komentar

0 Komentar