
Menanggapi Deklarasi New York hasil Konferensi Tingkat Tinggi Internasional PBB tentang implementasi solusi dua negara, di New York, 28–30 Juli 2025, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan bahwa solusi dua negara Palestina-penjajah Israel adalah mitos (khayalan).
“Solusi dua negara ini bisa dikatakan mitos,” ujarnya dalam Kabar Petang: Deklarasi New York Bicara Damai, Gaza Terus Dibom, di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (7/8/2025).
Pasalnya, Farid menjelaskan, karena Israel selaku penjajah Palestina, sebenarnya sampai sekarang ini tidak pernah berniat mengizinkan ada negara Palestina yang benar-benar merdeka dan berdaulat.
“Kalau kita lihat, wilayah Palestina yang tersisa adalah wilayah yang terfagmentasi dan tidak layak disebut negara. Misalnya, antara Gaza dan Tepi Barat ya.., mereka tuh.. sudah kecil terpisah. Ini menunjukkan realita kolonial itu tetap utuh. Israel tetap memegang kendali militer, udara dan ekonomi,” jelasnya.
Dengan kata lain, kata Farid, kalau kita lihat solusi dua negara ini telah gagal sebelum dijalankan.
“Karena bagaimanapun, kalaupun diakui keberadaan negara Palestina, itu adalah Palestina yang faktanya sudah lemah karena dibatasi menjadi dua daerah, Tepi Barat dan Gaza. Dan kemudian ada banyak pos pemeriksaan (Israel) di sana,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Farid, bisa disimpulkan bahwa solusi dua negara, yang juga mensyaratkan pelucutan senjata pejuang Hamas, justru berfungsi sebagai alat politik untuk menghentikan perlawanan bersenjata dan menghancurkan aspirasi perjuangan membebaskan tanah Palestina.
“Dan justru mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi lewat pengakuan Internasional,” simpulnya.
Solusi Barat Pertahankan Penjajah Israel
Farid memperingatkan bahwa seluruh solusi yang ditawarkan Barat adalah demi mempertahankan eksistensi penjajah Zionis Yahudi (Israel).
“Sejak Perjanjian Oslo 1993, ekspansi sistemik Israel atas tanah Palestina terus berlanjut. Lebih dari 60% wilayah Tepi Barat dikontrol penuh Israel, dengan lebih dari 200 pemukiman ilegal, tembok pemisah, dan pos pemeriksaan yang mengisolasi komunitas Palestina,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan, penyerahan Gaza kepada otoritas Palestina tanpa penghentian ekspansi Israel hanya memperkuat status quo kolonial.
“Ini hanya memindahkan fungsi penjaga penjajah dari militer Israel ke otoritas Palestina yang lemah dan terkooptasi. Sejak Oslo, otoritas Palestina menjadi semacam subkontraktor keamanan bagi Israel,” sesalnya.
Terkait solusi Barat, Farid menolak konsep hidup berdampingan dengan penjajah.
“Dalam Islam tidak ada hidup berdampingan dengan penjajah. Kalau ada negeri Islam dijajah, maka harus dibebaskan. Solusi dua negara adalah omong kosong dan bertentangan dengan syariat Islam karena justru menjaga keberadaan penjajah Yahudi,” pungkasnya. [] Muhar
0 Komentar