Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PENYELESAIAN MASALAH GENERASI TAK CUKUP HANYA MELALUI RANAH PENDIDIKAN FORMAL


Penyelesaian berbagai permasalahan generasi saat ini tidak cukup dilakukan hanya melalui ranah pendidikan formal di sekolah.

Hal ini disampaikan oleh Cendekiawan Muslim, Ustadz Muhammad Taufiq NT, dalam tayangan bertajuk “Perbaikan Generasi, Bukan Hanya Ranah Pendidikan” di kanal YouTube MT Darul Hikmah Banjar Baru, Selasa (5/8/2025).

Kalau bicara Islam secara luas ya sebetulnya problem pendidikan ini bukan hanya di situ, tapi mulai sejak inputnya ya, mendidiknya itu sejak orang tua dia bagaimana melahirkan anak, menikahnya gimana, memilih pasangan bagaimana. Nah, ini sudah ada aturannya,” ujar Ustadz Taufiq.

Ia menekankan, pendidikan bukan hanya soal kurikulum atau kegiatan belajar-mengajar, tetapi juga tentang siapa yang mendidik dan dalam sistem nilai seperti apa anak itu dibesarkan.

Ketika lahir makannya halal apa haram? Nah, ini diatur ya. Diatur,” jelasnya.

Menurutnya, anak-anak sebelum masuk sekolah sudah lebih dulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.

Anak-anak ini kan di sekolah ini sudah ndak kosongan. Dia bergaul di rumah mungkin sekitar 6 atau 7 tahun ya. Sehingga kemudian ya warna pendidikan yang seperti ini berawal sebetulnya dari rumah tangga,” ulasnya.

Selain itu, Ustadz Taufiq NT mengungkapkan bahwa akar masalah kerusakan generasi ternyata justru lebih dalam, berkaitan dengan keluarga, masyarakat, hingga sistem kehidupan yang tidak berpijak pada aturan Islam.

Ia pun menyebut kerusakan generasi hari ini sebagai akibat dari sistem yang berlaku di masyarakat yang jauh dari Islam.

Itu karena sistem ya, aturan yang berlaku di masyarakat, ya pandangan hidup yang kemudian ya gak peduli dengan nilai-nilai Islam sehingga akhirnya menimbulkan banyak problem ya,” katanya.

Kerusakan itu, menurutnya, terlihat nyata dari data resmi pemerintah.

Menurut BKKBN itu ada 59% remaja perempuan dan 74% remaja laki-laki usia 15 sampai 19 tahun itu sudah pernah berhubungan badan. Artinya sudah ya kebanyakan berzina sudah,” bebernya.

Ia juga mengungkapkan tingginya angka penyakit menular seksual di kalangan remaja.

Kena sipilis itu naik 70% menjadi 23.347 kasus. Itu kan masyarakat di situ,” tambahnya.

Meski kitab-kitab Islam dipelajari di sebagian sekolah, terang Ustadz Taufiq NT, hasilnya tetap tidak maksimal jika suasana sosial tetap rusak.

Ya meskipun kitab ini dikaji, di luar itu rusak suasananya,” ujarnya.

Karena itu, ia menekankan pentingnya perbaikan yang tidak hanya di sekolah, tetapi juga di seluruh aspek kehidupan.

Mudah-mudahan ya kita bisa perbaiki semua sisi itu ya, sisi kita di dalam maupun di masyarakat,” harapnya.

Ia mengutip sabda Rasulullah ï·º tentang masyarakat sebagai tungku pandai besi, yang akan menyaring keburukan dan menguatkan kebaikan jika sistemnya sesuai Islam.

Rasulullah katakan 'almadinatu kalkir', madinah itu seperti tungku pandai besi, 'tanfi khobasaha', ya buruk-buruknya itu akan hilang, 'watansu thyibuha', yang baiknya akan menjadi lebih baik,” jelasnya.

Ustadz Taufiq NT lantas menegaskan bahwa hanya sistem Islam yang bisa menutup jalan maksiat dan memudahkan ketaatan.

Orang ingin korupsi ndak jadi. Orang ingin melakukan perzinaan ndak bisa karena hukumannya berat. Sementara orang taat semakin mudah, orang berzina susah, menikah mudah, menambah bisa,” ujarnya.

Sebaliknya, sistem saat ini justru mempermudah perzinaan dan menyulitkan pernikahan.

Kalau sekarang kan gak begitu. Angka pernikahan itu menurun. Tapi angka kohabitasi, bahasa keren dari kumpul kebo, itu meningkat,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia pun mengingatkan bahwa sistem yang rusak akan terus melahirkan generasi bermasalah.

Ini sistem yang buruk. Nanti muncul anak-anak yang gak karu-karuan begitu. Anak yang dibuang, yang diaborsi (di Indonesia) itu 1 tahun itu sekitar 750 rbu sampai 1,5 juta, itu remaja pelakunya,” pungkasnya. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar