
Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS), Farid Wajdi, menyatakan bahwa solusi dua negara untuk Palestina-Israel adalah solusi ilusi (khayalan) yang tidak menyentuh akar permasalahan, yaitu penjajahan.
"Jadi, kalau kita lihat upaya apapun, solusi apapun, termasuk solusi dua negara yang tidak menghilangkan akar masalahnya ini, maka kita bisa mengatakan ini adalah solusi yang ilusif atau solusi yang tidak akan menyelesaikan masalah," ujarnya dalam program Kabar Petang: Prabowo Berpidato, Israel Berpesta Bom, di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (26/9/2025).
Farid mengemukakan, persoalan Palestina bukanlah konflik perbatasan atau sekadar persoalan Hamas dengan Israel, melainkan soal penjajahan. Karena itu, menurutnya, solusi dua negara sama saja dengan melegitimasi eksistensi penjajah.
"Apalagi solusi dua negara itu? Yaitu mengakui keberadaan Zionis Yahudi sebagai sebuah negara dan mengakui Palestina sebagai sebuah negara berarti ya mengakui eksistensi penjajah," tegasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa sejarah mencatat Israel kerap melanggar berbagai perjanjian perdamaian yang pernah dibuat. Mulai dari Perjanjian Oslo, Madrid, hingga Camp David, semua tidak pernah dijalankan secara konsisten, bahkan justru dimanfaatkan untuk memperluas pendudukan.
"Jadi, dari sisi fakta perjanjian (perdamaian), selalu Israel melanggar. Tidak ada satu perjanjian pun yang ditepati," kata Farid.
Terkait penjajahan, sebagai analogi, Farid menjelaskan pengalaman Indonesia dahulu ketika dijajah Belanda.
"Bayangkan kalau dulu Indonesia kemudian didudukkan dengan Belanda dalam sebuah meja perundingan, lalu kemudian diputuskan Indonesia dan Belanda ini sama-sama negara merdeka. Itu berarti kita mengakui Belanda menjajah kita. Ini kan sesuatu yang tidak logis," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa solusi hakiki dalam Islam terhadap penjajahan bukanlah berdamai dengan penjajah, melainkan mengusirnya dari bumi kaum Muslim.
"Islam telah memerintahkan kita kalau ada negeri Islam yang dijajah, kita diperintahkan bukan berdampingan dengan penjajah, tapi memerangi penjajah itu, mengusirnya dari negeri Islam," ungkapnya.
Ia pun menyimpulkan bahwa solusi dua negara hanyalah politik pengalihan terhadap dunia atas penjajahan yang terjadi di bumi Palestina.
"Maka bisa disimpulkan solusi dua negara ini adalah sekadar politik peralihan ya untuk kemudian mengaburkan masyarakat dari akar persoalan sebenarnya," pungkas Farid.
Diketahui, usulan solusi dua negara (Two-State Solution) untuk mengakhiri permasalahan Palestina-Israel dan genosida kembali digaungkan Prancis dan Arab Saudi pada Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, 22 September 2025.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung solusi tersebut. Di Sidang Umum PBB tersebut, dengan semangat yang berapi-api, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian.
"Indonesia sekali lagi menegaskan komitmennya pada solusi dua negara untuk masalah Palestina. Hanya solusi dua negara ini yang akan membawa perdamaian," kata Prabowo. [] Muhar
0 Komentar