Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PESANTREN HARUS MENJADI BENTENG PEMIKIRAN ISLAM


Pesantren harus meneguhkan independensinya sebagai benteng Islam yang menjaga kemurnian akidah dan ideologi umat.

Hal itu ditegaskan oleh praktisi pendidikan, Ustaz Ageung Suriabagja, dalam poin-poin rekomendasi menanggapi kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Amerika Serikat melalui program Kaffah Perspective, Buletin Kaffah Edisi 414: Bahaya Terselubung di Balik Kerja Sama Pendidikan dengan Amerika, yang tayang di kanal YouTube Dakwah Tangsel pada Ahad, 12 Oktober 2025.

Pesantren adalah benteng pemikiran umat Islam. Kalau bukan pesantren, bukan lembaga pendidikan, lalu apa?” ujar Ustaz Ageung.

Menurutnya, pesantren dan lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab besar untuk membendung arus globalisasi pemikiran dan budaya Barat.

Pesantren harus mampu membendung serangan atau arus globalisasi pemikiran dan budaya dari Barat,” tegasnya.

Ia memperingatkan bahwa saat ini terdapat berbagai bentuk penjajahan gaya baru yang tidak selalu bersifat fisik.

Jangan lupa bahwa penjajahan itu bukan hanya penjajahan militer, bukan hanya penjajahan fisik. Ada juga penjajahan ekonomi, politik, pemikiran, dan budaya,” ungkapnya.

Karena itu, lanjutnya, lembaga pendidikan Islam harus memperkuat kurikulum berbasis ideologi Islam agar para santri dan mahasiswa tidak mudah terpengaruh oleh infiltrasi ideologi asing.

Dengan pemahaman ideologis Islam, para mahasiswa dan santri tidak akan mudah terpengaruh dan teracuni oleh infiltrasi ideologi asing,” ujarnya.

Ustaz Ageung juga merekomendasikan agar pesantren meningkatkan literasi geopolitik dari sudut pandang Islam.

Dengan memiliki literasi geopolitik, kita tidak akan menjadi orang yang naif dan terpengaruh oleh tipu daya Barat,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pendidikan Islam sejatinya harus mengembalikan orientasinya untuk membentuk manusia bertakwa dan berkepribadian Islam.

Kita harus tetap istiqamah dalam tujuan pendidikan Islam, membentuk manusia yang bertakwa dan berkepribadian Islam,” pungkasnya.

Diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, dunia pesantren di Indonesia menjadi salah satu sasaran perhatian serius Amerika Serikat (AS) melalui berbagai program kerja sama, pelatihan, dan beasiswa. Pada tahun 2025 ini, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kedutaan Besar AS.

Kerja sama ini disebut akan “mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi keagamaan negeri (PTKN) dalam semangat moderasi beragama.

Salah satu poin utama dalam MoU tersebut adalah pemberian beasiswa Fulbright kepada santri, mahasiswa, dan dosen di bawah Kemenag. Melalui beasiswa ini, mereka dapat menempuh studi di berbagai bidang keilmuan di universitas-universitas AS. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar