Sejarah

6/recent/Sejarah-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

NETANYAHU SEBUT ISRAEL MERDEKA DAN MANDIRI, FIWS: PROPAGANDA POLITIK DOMESTIK


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut bahwa Israel adalah negara merdeka yang tidak memerlukan restu siapa pun, termasuk Amerika Serikat (AS), untuk menentukan nasib sendiri dan menyerang negara lain yang diinginkannya. Menanggapi hal itu, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wajdi menilai pernyataan tersebut sebagai propaganda untuk kepentingan politik domestik.

Ini terkait dengan politik domestik Israel. Jadi apa yang dinyatakan oleh Netanyahu, seperti yang disebutkan tadi, bisa dilihat lebih untuk kepentingan politik domestik,” ujarnya dalam Kabar Petang: Netanyahu Tantang Dunia, Perang Tanpa Restu Siapa pun! Sabtu (1/11/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Farid menjelaskan bahwa Netanyahu saat ini sedang menghadapi kasus korupsi. Karena itu, Netanyahu berusaha membangun citra bahwa Israel negara yang kuat dan mandiri di bawah kepemimpinannya.

Pesan ini sesungguhnya ditujukan kepada rakyat Israel, untuk mengatakan bahwa mereka bisa berdiri sendiri tanpa bantuan Amerika Serikat. Jadi lebih merupakan propaganda untuk kepentingan legitimasi domestik,” jelasnya.

Secara faktual, Farid menegaskan bahwa Israel sangat bergantung pada AS dalam berbagai aspek.

Amerika memberikan bantuan militer sebesar 3,8 miliar dolar AS per tahun untuk entitas penjajah Yahudi, termasuk pesawat tempur F-35, sistem pertahanan Iron Dome, dan rudal-rudal canggih,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa tanpa dukungan AS, kemampuan militer dan diplomatik Israel sangat terbatas.

Amerika sering memveto resolusi PBB yang merugikan entitas penjajah Yahudi. Sejak 1945, Amerika telah mengeluarkan 89 veto di Dewan Keamanan PBB, dan 33 di antaranya digunakan untuk melindungi Israel,” tuturnya.

Farid menegaskan bahwa secara umum tidak ada yang berubah dari peta politik di Timur Tengah.

Semua kebijakan entitas penjajah Yahudi tidak lepas dari restu Amerika, bahkan berada dalam kendali penuh Amerika,” terangnya.

Ia menyatakan bahwa sebenarnya AS justru menjadikan Israel sebagai alat politiknya di Timur Tengah.

Amerika benar-benar menjadikan entitas penjajah Yahudi sebagai alat politik di kawasan. Memang ada dinamika, tetapi sifatnya hanya di permukaan, tidak substantif,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam rapat bersama para menteri pemerintahannya, sebagaimana dilansir AFP pada Senin (27/10/2025), Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan menentukan sendiri kapan dan di mana akan menyerang musuh-musuhnya.

Israel merupakan negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan terus menentukan nasib kami sendiri,” kata Netanyahu.

Kami tidak meminta persetujuan siapa pun untuk hal ini. Kami mengendalikan keamanan kami sendiri,” tambahnya dalam rapat yang digelar Minggu (26/10), setelah kunjungan selama satu minggu oleh pejabat tinggi AS yang berupaya mengonsolidasikan gencatan senjata di Gaza.

Farid juga mengungkapkan bahwa arogansi Israel tidak terlepas dari ketertundukan para penguasa Arab terhadap AS.

Itu yang membuat Israel percaya diri,” tegas Farid.

Lebih jauh, Farid menilai sikap Netanyahu mencerminkan kegagalan sistem politik internasional yang dikuasai negara-negara imperialis.

Negara seperti entitas penjajah Yahudi bisa bertindak sesuka hati tanpa takut pada hukum internasional karena semuanya berada di bawah lindungan Amerika,” ujarnya.

Menurutnya, demokrasi Barat dan sistem sekuler yang diagung-agungkan hanyalah kedok bagi kepentingan elite kapitalis.

Demokrasi Amerika lebih berfungsi untuk kepentingan elite politik dan kapitalis, bukan untuk menegakkan keadilan,” tegasnya.

Farid juga menyebut nilai-nilai HAM dan perdamaian yang digaungkan Barat hanyalah simbol kosong.

Omong kosong HAM dan demokrasi yang mereka sebut-sebut. Sistem sekuler lebih memprioritaskan kepentingan politik, ekonomi, dan militer di atas keadilan yang mereka klaim universal,” sebutnya.

Ia menegaskan bahwa istilah seperti gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan hanyalah kedok politik.

Istilah seperti gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan itu palsu, karena justru dilakukan oleh pihak yang sama yang menghancurkan Gaza,” katanya.

Di akhir pernyataannya, Farid menegaskan bahwa umat manusia di dunia kini membutuhkan sistem alternatif berbasis wahyu, yakni Islam.

Kapitalisme sekuler telah gagal menegakkan keadilan. Pilihan satu-satunya adalah Islam, yang menolak eksploitasi dan penjajahan serta menjamin keadilan tanpa diskriminasi,” pungkasnya. [] Muhar

Posting Komentar

0 Komentar